Berita Kota Kupang
Perjuangan Seorang Ibu Penjaga Parkir di Kupang NTT Bekerja Keras Agar Bisa Hidupi Keluarga
“Kalau ada orderan bangunan, dapat delapan puluh ribu. Kalau ramai bisa seratus ribu,” ujarnya, Kamis (23/10).
Ketika ditanya apa yang membuatnya tetap bertahan, jawabannya sederhana, namun menyayat:
“Kalau saya tidak kerja bantu suami, bagaimana kehidupan kami," ungkapnya.
Bekerja di ruang publik sering membuatnya berhadapan dengan stigma, terutama karena ia perempuan.
“Karena saya perempuan, banyak yang anggap lemah. Kadang dihina, kadang dikasihani. Tapi saya kerja saja,” ujarnya tersenyum.
Tak jarang ia mendapat perlakuan tidak adil. Ada pengendara yang pergi tanpa membayar, padahal karcis sudah ia berikan lengkap.
“Kadang tidak dibayar. Tapi saya terima berapa pun yang diberi. Mau marah tidak bisa,” ujar Herlina.
Meski begitu, ia tetap menjaga profesionalisme. Ia bertanggung jawab atas keamanan kendaraan para pengunjung.
“Saya selalu amankan helm, dan pastikan tidak ada barang yang hilang supaya orang percaya dan senang,” ujarnya tegas.
Di balik kerja kerasnya, ada satu alasan yang membuat Herlina tidak menyerah masa depan anak bungsunya, Esterlina Wati yang kini duduk di kelas 3 SMA.
Esterlina memiliki cita-cita menjadi tentara wanita (TNI AD) mimpi besar bagi seorang anak dari keluarga sederhana. Namun ia tahu, pendidikan dan biaya tes menjadi anggota TNI membutuhkan dana yang tidak sedikit.
“Dia ingin jadi tentara cewek. Tapi kami tidak punya cukup uang. Saya hanya berharap dengan ijazah SMA saja dia bisa kerja yang baik,” ungkap Herlina, menahan suara yang mulai bergetar.
Sementara itu, anak pertamanya, Susanto sudah berkeluarga dan tinggal di Jawa, sehingga tidak lagi menjadi tanggungan, meski sesekali tetap membutuhkan uluran orang tua.
Kisah Herlina bukan hanya miliknya. Ia adalah potret banyak perempuan yang bekerja dalam senyap, menopang ekonomi keluarga, namun jarang mendapat pengakuan.
Di halaman Mixie tempat ia berdiri, Herlina menata kendaraan, tetapi sesungguhnya ia sedang menata masa depan.
Ia menjaga helm dan barang pengunjung, tetapi yang lebih ia jaga adalah martabat keluarganya. Ia menerima pembayaran yang tidak selalu adil, tetapi ia tidak pernah menerima untuk menyerah.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/ATUR-PARKIR-Herlina-Wati-Juru-Parkir-Perempuan-di-Kota-Kupang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.