Unika Santu Paulus Ruteng
Prof. Dr. Mark Tallara Kupas Tradisi Ziarah Alay Lakad di Hari Kedua Konferensi Internasional Ruteng
Tradisi ini menampilkan unsur teatrikal melalui gerakan tubuh, doa, dan prosesi, sehingga menggabungkan aspek spiritual, estetis, dan budaya.
Penulis Berita: Selvianus Hadun
TRIBUNFLORES.COM,RUTENG-Hari kedua International Conference on “Questioning Tourism: The Role of Catholicism in Asian Tourism” di Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menghadirkan paparan penting dari Prof. Dr. Mark Inigo M. Tallara, dosen dari Asian Center, University of the Philippines, Diliman.
Ia membawakan presentasi berjudul “Performing Alay Lakad: A Phenomenological Understanding of Pilgrimage to Antipolo (Philippines)” yang mengulas praktik ziarah Alay Lakad sebagai wujud iman sekaligus fenomena budaya dan pariwisata.
Kegiatan ini berlangsung di Aula Gedung Utama Timur (GUT) lantai 5, dengan format hybrid (online dan offline), sebagai rangkaian hari kedua konferensi internasional yang digelar pada 17–20 September 2025.
Alay Lakad : Ziarah, Pertunjukan, dan Identitas
Dalam pemaparannya, Prof. Tallara menjelaskan bahwa Alay Lakad, sebuah tradisi ziarah dari Quiapo ke Antipolo, memiliki dimensi ganda sebagai bentuk panata (nazar) kepada Bunda Maria Hitam Antipolo dan sebagai praktik yang sarat nilai performatif.
Baca juga: Hari Kedua Konferensi Internasional di Unika Ruteng Soroti Pariwisata Religi dan Spiritualitas Asia
Tradisi ini menampilkan unsur teatrikal melalui gerakan tubuh, doa dan prosesi sehingga menggabungkan aspek spiritual, estetis dan budaya.
Alay Lakad, menurutnya, bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga transformasi batin yang mencerminkan interaksi kompleks antara tradisi lokal, pengaruh kolonial, dan ekspresi religius kontemporer.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.