Banjir Bandang di Mauponggo
Bantuan untuk Korban Banjir di Mauponggo NTT akan Didistribusikan Lewat Jalur Laut
Upaya penanganan darurat pascabanjir bandang di Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, terus dilakukan secara intensif.
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
Bupati Nagekeo, Simplisius Donatus, saat ini berada di Kupang untuk menghadiri rapat koordinasi dengan Gubernur NTT dalam rangka menyusun langkah-langkah percepatan penanganan bencana.
Setelah status tanggap darurat resmi ditetapkan, BNPB akan segera mengirimkan personel pendampingan serta memberikan dukungan logistik dan teknis lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
Kecamatan Mauponggo kini menjadi pusat pengungsian.
BPBD Kabupaten Nagekeo telah mendirikan pos pengungsian sementara, yang sejauh ini telah menampung 30 jiwa.
Adapun kebutuhan mendesak yang masih sangat dibutuhkan antara lain tenda pengungsian, bahan makanan pokok, pakaian layak pakai dan kebutuhan bayi.
Opsi distribusi bantuan melalui udara ke desa-desa yang belum bisa dijangkau lewat darat maupun laut.
BNPB menegaskan akan terus berkoordinasi secara intensif dengan BPBD Kabupaten Nagekeo serta instansi terkait lainnya untuk memastikan proses penanganan darurat berjalan efektif dan menyeluruh.
Banjir Bandang
Sebelumnya, banjir bandang menerjang Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, NTT, pada Senin 8 September 2025 sekitar pukul 19:00 Wita. Kejadian ini menyebabkan tiga orang meninggal dunia dan enam orang masih dalam pencarian.
Korban yang meninggal teridentifikasi RSB, MF bersama bayinya yang tinggal dalam satu rumah. Sementara, korban yang belum ditemukan, antara lain MTBJ (29), A (Balita), AABJ (13), EC bersama bayinya.
Musibah ini meninggalkan duka yang mendalam bagi warga setempat. Mereka berusaha mencari jejak korban yang belum ditemukan dengan menyusuri bantaran sungai hingga di muara pantai Enah Gerah, Mauponggo, namun hingga pukul 17:30 Wita belum berhasil ditemukan.
Urbanus Lako (71) yang saat ini turut menjadi korban banjir bandang menceritakan, pada Senin, (08/09/2025) sekitar pukul, 19:00 Wita, Ia terdengar dentuman besar disertai getaran yang hebat.
Saat itu, Ia melihat warga sudah mulai berhamburan keluar dari rumah dengan sambil mendengar teriakan anak -anak muda yang saat itu sedang duduk di sekitar jembatan.
Saat Ia bersama Istri mendengar bunyi langsung lari mengamankan diri ditempat lebih tinggi.
“Setengah tujuh malam kami dengan bunyi gemuruh yang hebat itu, ada yang sedang duduk di dekat jembatan teriak lari, lalu kami lari ke sebelah sana, kami terpencar lari ke kampung atas, kabel listrik juga sudah mulai putus, saat itu dalam kondisi hujan,” terang, Urbanus, saat memberikan kronologi kejadian.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.