Wabup Ngada Berni Dhei Launching Operasi Pasar Murah, Tekan Inflasi Jelang Nataru

Ringkasan Berita:

• Wakil Bupati Ngada Bernadinus Dhei Ngebu meluncurkan Operasi Pasar Murah bersama TPID untuk menjaga stabilitas harga menjelang Natal dan Tahun Baru 2025.
• Inflasi di Ngada dipicu oleh produksi lokal terbatas, distribusi pangan tidak efektif, dan rantai distribusi panjang yang membuka ruang bagi spekulan.
• Pemerintah menerapkan empat strategi: stabilisasi harga komoditas penting, penguatan cadangan pangan, peningkatan produksi lokal, serta sinergi lintas OPD dan lembaga vertikal.

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Charles Abar

TRIBUNFLORES.COM, BAJAWA–Wakil Bupati Ngada Bernadinus Dhei Ngebu melaunching Operasi Pasar Murah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Ngada sebagai langkah memperkuat intervensi harga menjelang Natal dan Tahun Baru 2025. Kegiatan berlangsung di Art Center Bajawa, Senin (24/11/2025), dan dihadiri BPS Ngada serta Perum Bulog, Plt Sekda Ngada Jhoni Watu dan sejumlah pimpinan OPD.

Wabup Berni mengatakan inflasi di Ngada masih dipengaruhi sejumlah persoalan mendasar, yakni produksi komoditas lokal yang terbatas, konektivitas distribusi pangan belum efektif, serta rantai distribusi yang panjang sehingga memunculkan kesenjangan informasi harga. Situasi tersebut memberi ruang bagi spekulan dan membuat komoditas mudah mengalami lonjakan biaya.

“Kita tidak boleh memberi ruang kepada mafia yang menahan barang untuk dijual saat langka. Kita perlu memastikan komoditas tetap tersedia di dalam daerah, apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan potensi kelangkaan telur akibat meningkatnya kebutuhan rumah tangga pada bulan Desember.

Baca juga: Pemda Ende Lelang Terbuka 11 Jabatan Eselon II pada Desember 2025

Pemerintah, kata Berni, telah mengarahkan MBG untuk sementara mengganti penggunaan telur dengan daging sapi agar pasokan telur tetap stabil.

Pemerintah juga menerapkan empat strategi utama, yaitu stabilisasi harga komoditas penting, penguatan cadangan pangan, peningkatan produksi lokal, serta sinergi lintas OPD dan lembaga vertikal melalui pasar murah.

Dari sisi data inflasi, Ketua BPS Ngada Ivadia Elmina Patola menjelaskan bahwa beras merupakan komoditas paling sensitif terhadap inflasi. Pada Agustus 2025, inflasi Ngada tercatat tertinggi di NTT, salah satunya dipicu meningkatnya permintaan beras dan komoditas pokok di SPPG atau dapur MBG sehingga stok di pasar umum menurun.

“Memasuki Oktober hingga awal November, inflasi turun menjadi 2,9 persen. Angka ini menunjukkan adanya intervensi pemerintah yang efektif melalui TPID,” jelas Patola.

Ia menyebut komoditas penyumbang inflasi lainnya adalah bawang merah, tomat, ikan, sawi, dan beras.

Sementara itu, Kepala Perum Bulog Ngada Daenny Nicxan Obije memastikan kesiapan Bulog dalam menjaga stabilitas pangan melalui penyaluran 90 ton beras SPHP untuk mendukung operasi pasar murah hingga 29 November 2025. Bulog menyediakan beras SPHP seharga Rp 11.000–11.500/kg, gula pasir Rp 16.000/kg, dan minyak goreng Rp 18.000/liter.

“Operasi pasar murah ini bertujuan menurunkan ekspektasi harga dan memastikan pasokan aman menjelang Natal dan Tahun Baru. Sinergi Bulog dan Pemerintah Daerah penting untuk mengembalikan harga sesuai HET,” tegasnya.

Dengan sinergi Pemda, TPID, BPS, dan Bulog, operasi pasar murah ini diharapkan menjadi langkah efektif menjaga stabilitas harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. (Cha)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News