Berita NTT

Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di NTT Capai 12,3 Persen, Prevalensi Wasting Tertinggi Nasional

Prevalensi wasting di NTT capai 12,3 persen, jauh di atas rata-rata nasional dengan 3,6 persen di antaranya balita gizi buruk.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNNEWS.COM
ILUSTRASI- Ilustrasi balita kurang gizi dan gizi buruk. 

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG- Prevalensi wasting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 12,3 persen dan 3,6 persen di antaranya tergolong balita gizi buruk, jauh di atas rata-rata nasional.

Data ini berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024. Temuan ini menegaskan masalah gizi masih menjadi tantangan serius di NTT, terutama pada kelompok usia dini.

Sementara itu, perhitungan Kementerian Kesehatan RI, angka tersebut setara dengan sekitar 39 ribu kasus gizi buruk pada balita setiap tahunnya di provinsi ini. 

Sejak 2019, Kemenkes telah memperluas penerapan Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) program berbasis bukti yang sebelumnya diuji coba di Kabupaten Kupang pada 2015-2018 dan menunjukkan hasil positif. Hingga akhir 2020, program ini telah diterapkan di 22 kabupaten/kota di NTT.

 

Baca juga: Prevalensi Stunting Kabupaten Sikka Turun 12,1 Persen pada 2024, Wasting Masih Tinggi

 

 

Pendekatan PGBT menekankan mobilisasi masyarakat untuk melakukan deteksi dini balita berisiko wasting melalui pengukuran lingkar lengan atas (LiLA). 

Pengukuran ini terbukti efektif sebagai indikator cepat untuk mengidentifikasi anak dengan risiko gizi buruk. 

Kini, pendekatan LiLA Keluarga mulai digalakkan agar orang tua dapat berpartisipasi langsung dalam pemantauan gizi anak di rumah.

Dalam mendukung penanganan wasting UNICEF bersama Kemenkes juga memperkenalkan program PAUD Peduli Wasting sejak 2022, yang kini diperluas ke 9 kabupaten hingga 2025.

 

Baca juga: Lima Wilayah di Ende Alami Peningkatan Stunting, Paling Tinggi di Wolojita

 

Program ini berfokus pada deteksi dini, rujukan cepat, dan edukasi gizi di tingkat PAUD, dengan hasil analisis menunjukkan peningkatan signifikan pada pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengenali gejala wasting.

Pada tahun 2025, UNICEF bekerja sama dengan TP-PKK Provinsi NTT akan memperkuat program tersebut di Kota Kupang melalui integrasi ke dalam PAUD Holistik Integratif (PAUD HI). 

Program ini mencakup kegiatan kelas parenting gizi, demo masak makanan bergizi serta pengembangan kebun gizi di satuan PAUD. 

Ketua Panitia dalam kegiatan Orientasi PAUD Peduli Wasting bagi Guru PAUD se Kota Kupang, Th. M. Floresia, mengatakan angka 12,3 persen menunjukkan  wasting masih menjadi tantangan besar di NTT.

"Deteksi dini dan intervensi berbasis keluarga menjadi langkah kunci untuk menurunkan prevalensi ini," ujarnya, Rabu (8/10/2025). 

Sementara itu, UNICEF menegaskan pentingnya pendekatan lintas sektor untuk menurunkan angka gizi buruk.

“Data ini memberi peringatan bahwa kita perlu memperkuat kolaborasi, mulai dari layanan kesehatan dasar hingga pendidikan anak usia dini,” ujar Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia untuk NTT dan NTB Yudhistira Yewangoe, Rabu (8/10). 

Dengan prevalensi wasting yang masih di atas 10 persen, NTT berada dalam kategori serius menurut standar WHO. 

Pemerintah bersama mitra pembangunan kini menargetkan penurunan signifikan dalam beberapa tahun ke depan melalui intervensi berbasis data dan partisipasi masyarakat. (Iar)

Laporan reporter POS-KUPANG.COM/Tari Rahmaniar Ismail/Iar

Sumber: POS-KUPANG.COM/KOMPAS.COM


Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google New

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved