Festival Iklim Kaum Muda: Bangun Masa Depan Rendah Emisi, Dimulai dari NTT

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG– Perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan namun sudah berdampak terhadap masyarakat di masa kini.

Kekeringan berkepanjangan, degradasi lahan, menurunnya produktivitas pertanian, hingga terbatasnya akses air bersih telah berdampak pada masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan kaum muda. Meski menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak, kaum muda masih belum sepenuhnya dilibatkan dalam memimpin aksi iklim.

Menjawab tantangan tersebut, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) meluncurkan proyek Inisiatif Kaum Muda untuk Aksi Iklim yang Responsif Gender dan Melibatkan Partisipasi Kelompok Marjinal.

Baca juga: 30 Petani di Manggarai Raya Diberi Ilmu Perkuat Literasi Keuangan Keluarga 

Inisiatif ini didukung oleh IKI Small Grants yang memperkuat solusi lokal untuk aksi iklim dan keanekaragaman hayati, yang didanai oleh Pemerintah Federal Jerman dan dikelola oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. 

Proyek ini diluncurkan melalui Festival Iklim Pemuda: Kolaborasi untuk Masa Depan Beremisi Rendah, yang diselenggarakan hari ini (30/10).

Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, yang hadir dalam kegiatan di Aula Fernandez Lt. 4, Kantor Gubernur NTT, menyampaikan dukungannya terhadap pelaksanaan proyek ini.

“Provinsi NTT, termasuk yang ingin berdiri di depan dalam rangka bertempur dengan krisis iklim ini, apalagi NTT sebagai daerah kepulauan dengan karakteristik geografis dan sosial ekonomi yang khas termasuk yang paling mendapatkan dampak nyata dari perubaham iklim yang terjadi di dunia termasuk Indonesia akhir-akhir ini, mudah-mudahan dengan adanya Plan lewat proyek IKI small grants atas dukungan dari GIZ di sini bisa membantu kami untuk melewati ini semua” ujarnya

Kami berharap melalui festival yang menjadi ruang dialog dan titik awal proyek IKI Small Grants ini dapat mendorong terbangunnya dialog interaktif antara kaum muda dan pemangku kepentingan tentang urgensi aksi iklim. Kami juga berharap akan munculnya ide-ide aksi iklim dari kaum muda yang potensial untuk dikembangkan, serta adanya pernyataan komitmen bersama antara pemangku kepentingan dan kaum muda dalam hal ini beberapa pihak yang akan terlibat, jelas Laka Lena.

Sementara itu, Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia, menegaskan komitmen organisasi dalam memperkuat peran anak muda dalam menghadapi krisis iklim melalui proyek ini.

“Sebagai youth-centred organization, Plan Indonesia terus berkomitmen untuk mendorong kaum muda sebagai aktor utama dalam merancang solusi iklim berbasis komunitas. Di seluruh Indonesia, kaum muda telah menunjukkan bahwa mereka mampu menciptakan solusi yang tidak hanya inovatif, namun juga inklusif. Kami berharap inovasi ini tidak hanya berdampak pada komunitas di NTT, tetapi juga dapat mendorong keterlibatan lebih banyak pihak, terutama kaum muda, untuk menciptakan solusi bersama,” ungkap Dini.

Zulazmi, Principal Advisor of SDGs SSTC Project, GIZ Indonesia menyatakan, “Di GIZ, kami percaya bahwa transisi menuju masa depan dengan emisi rendah dan tangguh perubahan iklim harus inklusif, memastikan bahwa perempuan, kaum muda, dan komunitas termarjinalkan tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pemimpin aktif dalam perubahan. Melalui Inisiatif Pemuda IKI Small Grants, kami bangga mendukung suara dan ide-ide kaum muda Indonesia, khususnya dari NTT, yang mengubah tantangan iklim menjadi peluang untuk solusi lokal yang berkelanjutan.”

Upaya Pelibatan Kaum Muda Demi Masa Depan Rendah Emisi

Sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan iklim di tingkat lokal, proyek ini akan meningkatkan kapasitas 270 pemimpin muda di NTT, yang terdiri dari 60 persen perempuan dan 3 persen penyandang disabilitas, dalam isu krisis iklim dan kesetaraan gender. Selain itu, proyek ini menargetkan terbentuknya 60 aksi mitigasi dan ketahanan iklim, dengan dampak yang akan dirasakan oleh lebih dari 72 ribu individu melalui kampanye serta kegiatan adaptasi iklim yang inklusif dan partisipatif.