Unika Santu Paulus Ruteng

‎Krisis Etika dalam Dunia Pendidikan dan Dampaknya Terhadap Integritas Bangsa 

‎Padahal, mereka adalah orang-orang terpandang lantaran berpendidikan tinggi. Ini merupakan bukti nyata bahwa P

Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/Alberta Nila Gangguut
Mahasiswi Unika Santu Paulus Ruteng, Alberta Nila Gangguut. 

Oleh: Mahasiswi Unika Santu Paulus Ruteng, Alberta Nila Gangguut

‎TRIBUNFLORES.COM, RUTENG - Pelbagai fenomena kasus yang sangat kontradiktif dalam ruang lingkup demokrasi memfokuskan pandangan setiap individu dalam menilai suatu tindakan dan etika profesi. 

Pada konteks akademik, banyak pandangan setiap individu menilai bahwa semakin tinggi seseorang menyandang gelar pendidikan, namun tidak mencerminkan nilai etika dan moral. 

Berbagai pemberitaan pada media massa menyajikan informasi  teraktual tentang para pejabat dan profesor terlibat kasus kejahatan terorganisir seperti korupsi.

‎Padahal, mereka adalah orang-orang terpandang lantaran berpendidikan tinggi. Ini merupakan bukti nyata bahwa Pendidikan kita berhasil mencetak individu yang berkompeten namun gagal terdidik secara moral.

 

Baca juga: Unika Santu Paulus Ruteng Gelar Hari Penyerahan Mahasiswa Magang

 



‎Lebih dari itu, permasalahan utama dalam hal ini terletak pada sistem Pendidikan formal yang dianut oleh negara. Mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, fokus utamanya adalah prestasi terukur. 

Kerap kali kepintaran diukur sebatas kemampuan teknis dan daya ingat, bukan tentang bagaimana ilmu itu dapat diimplementasikan pada lingkungan pendidikan dan masyarakat.

Apakah Pintar Sama dengan Terdidik?

‎Perbedaan antara pintar dan terdidik sangat mendasar. Orang pintar ibaratnya mungkin tahu rumus matematika untuk menghitung total kerugian negara akibat korupsi yang sulit dibendung. 

Akan tetapi orang terdidik memiliki integritas untuk tidak mengambil uang negara sejak awal. 

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Pendidikan karakter seringkali hanya menjadi pelajaran pelengkap yang diukur melalui hafalan, bukan melalui implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah lebih takut siswanya tidak mengikuti ujian nasional (sebelum dihapus) daripada membentuk karakter siswa. Pola seperti ini menjadi permasalahan serius yang wajib dibenahi .

Oleh karena itu perlu mengubah cara belajar jika ingin mewujudkan pribadi yang berkompeten. 

Sudah saatnya kita menyadari bahwa investasi terbesar suatu bangsa bukanlah pada peningkatan skor tes, melainkan pada pembentukan karakter. 

Jika sistem Pendidikan terus menghasilkan individu yang hanya “pintar” tanpa disertai “adab,” maka mereka bukan hanya gagal menjadi agen perubahan, tetapi berpotensi menjadi ancaman berpendidikan yang menghancurkan integritas bangsa dari dalam.              

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainya di Google News                                                                                                                     

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved