Banjir di TTS

Akses Terputus, Warga TTS Terjebak Banjir di Sungai Noeleke NTT

Juna Oematan, yang baru kembali dari sekolah, juga terpaksa menunggu jemputan untuk menyeberang hendak ke rumahnya. 

Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM/MARIA VIANEY GUNU GOKOK
BANJIR - Sungai Noeleke - Suasana di tepi sungai Noeleke, Kecamatan Mollo Barat, TTS, Senin (13/10/2025). 

Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Maria Vianey Gunu Gokok

TRIBUNFLORES.COM, SOE- Banjir terjadi di Sungai Noeleke, Kecamatan Mollo Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada Senin (13/10/2025). 

Sungai Noeleke yang biasanya berupa sungai kering dengan aliran air yang kecil, kini penuh dengan air setelah hujan mengguyur wilayah ini kurang lebih dua jam sejak pukul 12.30 wita. 

Banjir ini membentuk dua jalur air yang masing-masing luasnya kurang lebih enam meter dan sepuluh meter. Debit air yang cukup deras, dengan tinggi air diperkirakan mencapai lutut orang dewasa. 

Kondisi ini menyebabkan masyarakat tidak dapat melintas dari Soe ke beberapa desa di Kecamatan Mollo  Barat. Pasalnya jalur sungai ini menjadi jalan satu-satunya bagi masyarakat di sebagian Desa Fatukoko, Desa Salbait, Desa Oeuban, Desa Koa, dan Desa Bes'ana. 

Baca juga: Kodim 1625 Ngada Terlibat Aktif Tangani Bencana Banjir Bandang di Mauponggo Nagekeo

 

Masyarakat RT 08/ RW 04, Dusun II Desa Salbait, Abed Babu (32), menjelaskan sungai Noeleke menjadi satu satunya jalur yang harus dilintasi masyarakat yang ingin ke kota, bahkan ketika musim hujan. 

"Jalur sungai ini memang menjadi jalur satu satunya bahkan ketika hujan. Masyarakat harus lewat disini karena sejak bulan Februari 2024 lalu, jembatan di Desa Fatukoko rubuh, sehingga masyarakat terpaksa lewat di sungai ini, " ungkapnya. 

Ia mengaku bahwa aliran sungai dapat meluap ketika curah hujan dengan intensitas tinggi. Namun begitu debit air akan berkurang setelah dua sampai tiga jam setelah hujan berhenti, dan sungai bisa di lintasi kembali. 

"Beberapa warga yang tidak berani melintas, akan ada warga yang bantu sebrangi kendaraan dengan menggotong motor, kemudian masyarakat yang bantu diberi upah. Mau tidak mau harus seperti itu, " ungkapnya. 

Selain itu ia mengatakan bahwa jalur ini tetap menjadi pilihan masyarakat, karena jalur lain seperti harus melewati Kecamatan Mollo Utara ataupun Desa Tupan, Kecamatan Batu Putih, memiliki kondisi jalan yang lebih parah. Saat ini jembatan di Desa Fatukoko tersebut tengah diperbaiki. 

Salah seorang siswi SMK Kristen Nunain, Juna Oematan, yang baru kembali dari sekolah, juga terpaksa menunggu jemputan untuk menyeberang hendak ke rumahnya. 

"Kami kalau hujan dan banjir tinggi, kami tidak pergi sekolah, karena tidak bisa menyebrang. Itu bisa sampai satu minggu kalau musim hujan, " jelasnya. 

Ia bersama temannya bernama Senci Seko, siswi kelas sepuluh di sekolah yang sama. Keduanya mengatakan ini merupakan hal yang biasa ketika musim hujan. Bagi mereka lebih baik menunggu jemputan dari rumah daripada memaksakan diri melewati sungai. (any) 

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved