Berita Manggarai Barat

Komite Bersama Panas Bumi Indonesia Lakukan Kajian Sosial Proyek Geothermal Wae Sano

Plt PT Geo Dipa Energi, Riki Firmandha mengatakan Komite Bersama Panas Bumi Indonesia masih melakukan kajian sosial proyek geothermal Wae Sano.

Editor: Egy Moa
HUMAS PT GEO DIPA ENERGI
Plt Direktur PT Geo Dipa Energi, Riki Firmandha Ibrahim 

Panas bumi merupakan energi bersih yang bila digunakan dapat membantu Indonesia mengatasi dan mencegah semakin buruknya efek gas rumah kaca yang diperkirakan dapat meningkatkan suhu bumi sampai sebesar 2 derajat, dan menurutnya ini akan berdampak mengerikan bagi umat manusia seperti penyakit berbasis lingkungan semakin banyak, kekeringan dan gagal panen dibanyak bagian di dunia serta beberapa negara dan wilayah pesisir akan tenggelam karena naiknya permukaan air laut.

Baca juga: NTT Milik 28 Potensi Panas Bumi,21 Titik Ada di Pulau Flores dan Lembata

"Nampaknya kesadaran dan pemahaman akan hal ini perlu dibangun diantara masyarakat kita agar semua dapat saling bahu membahu menjaga bumi dari kerusakan akibat perubahan iklim dalam beberapa tahun mendatang. Beberapa waktu lalu Pemerintah Manggarai Barat sudah meneken MoU dengan Dirjen ESDM tentang rencana pengembangan geothemal," ungkapnya.

Lebih lanjut, semenjak PT Geo Dipa Energi dilibatkan di lapangan eksplorasi Wae Sano, Geo Dipa bekerja bersama Komite Bersama Panas Bumi Indonesia untuk melakukan pengelolaan baik bidang sosial maupun bidang teknis dan dalam pelaksanaannya, pihaknya mengikuti Standard Safeguard yang merupakan ketentuan dari Bank Dunia untuk semua pengelolaan dana pinjaman kepada bank dunia dimana melibatkan proses berdialog dan berkonsultasi bersama masyarakat Desa Wae Sano.

Proses pengelolaan sosial ini, kata Riki, memang memerlukan investasi waktu untuk memastikan, proyek telah menerapkan dan melaksanakan apa yang telah digariskan di dalam ESMP (Environment and Social Management Plan).

"Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Sekretaris Komite Bersama Penyediaan Data dan lnformasi Panas Bumi teIah menyampaikan klarifikasi secara detail terhadap alasan yang disampaikan oleh warga yang menoIak geothermal," jelasnya.

Baca juga: BREAKING NEWS : Rumah Warga Labuan Bajo di Manggarai Barat Ludes Terbakar

Point-Point klarifikasi tersebut sudah disosialisasikan pula kepada masyarakat. Namun, segelintir warga masih tetap menolak geothermal dengan alasan bahwa titik pengeboran berada terlaIu dekat dengan pemukiman warga atau ruang kehidupan warga, menanggapi hal ini, Riki menjelaskan, proyek eksplorasi geothermal Wae Sano secara teknis telah melakukan perubahan pada desain teknis, dimana titik pengeboran tidak lagi dimulai dari titik pengeboran well pad B di Dusun Nunang dikarenakan adanya keberatan masyarakat Dusun Nunang mengenai rencana pemboran yang dirasakan terlalu dekat dengan pemukiman warga.

Menurutnya proyek eksplorasi akan dimulai dari titik pengeboran/well pad A yang berjarak cukup jauh dari pemukiman warga dan sedianya titik pengeboran B akan dimanfaatkan untuk Demo Plot percontohan kegiatan pertanian sebagai bagian dari Benefit Sharing Program atau program berbagi manfaat untuk warga Wae Sano.

Dengan dipindahkannya titik pengeboran ke well pad A, lanjut Riki, maka titik pengeboran berada di dusun di luar Nunang dan berada jauh dari pemukiman. Seharusnya, warga tidak lagi menolak geothermal dikarenakan sekarang jaraknya sudah jauh dari pemukiman dan wilayah yang diprotes masyarakat akan digunakan untuk area percontohan pemberdayaan masyarakat.

"Karena proyek geothermal tidak hanya mendatangkan manfaat untuk pergantian dari sumber energi yang tidak ramah lingkungan seperti batu bara menjadi energi bersih seperti panas bumi atau geothermal, namun juga proyek eksplorasi Wae Sano juga mendatangkan manfaat lain melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat," tegasnya.

Lebih lanjut, Riki memberikan kepastian, proyek eksplorasi Wae Sano menjamin tidak ada relokasi warga dikarenakan proyek telah melakukan penyesuaian desain teknis dengan memindahkan titik pengeboran menjauh dari wilayah pemukiman warga sehingga tidak perlu ada relokasi.

Menurutnya, proyek ini tunduk pada standar pengelolaan lingkungan dan sosial yang digariskan oleh Bank Dunia dimana secara ketat proyek harus melaksanakan berbagai kajian mengenai dampak pengeboran dan kegiatan eksplorasi geothermal di Wae Sano dan melakukan mitigasi terhadap dampak tersebut baik secara lingkungan maupun sosial.

"Apabila proyek melakukan pelanggaran maka pendanaan akan dihentikan oleh pihak bank. Dengan demikian, maka proyek sangat berhati-hati dalam menjalankan kegiatan pengeborannya karena berkaitan langsung dengan keberlanjutan pendanaan proyek.
Sehingga kegiatan yang akan dikerjakan di Kampung Lempe tentunya akan sangat aman dan menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga ruang hidup masyarakat kampung tersebut. Adapun seperti yang telah disampaikan di jawaban pertanyaan sebelumnya maka untuk Kampung Nunang areanya akan dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain termasuk untuk kegiatan pemberdayaan pertanian masyarakat," jelasnya.

Terkait sumber pendanaan proyek geothermal Wae Sano berasal dari dana hibah Bank Dunia. Dan berdasarkan data 3G yang ada, hasil perhitungan sumber daya hipotesis tim Geo Dipa didapatkan perkiraan sumber daya panas bumi yang bisa dimanfaatkan dari lapangan Wae Sano berkisar 44MW (P50).

Keterjangkauan energi listrik ini, lanjut Riki, tentunya bergantung pada program PLN dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) di wilayah NTT dan sekitarnya.

"Namun, berdasarkan informasi yang ada baik dari PLN dan Pemerintah Daerah Manggarai Barat, program penyediaan tenaga listrik ini sangat diharapkan dalam waktu dekat untuk menunjang program wisata premium di Labuan Bajo dan sekitarnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved