Berita Manggarai Timur
Ketua Pokja Bilang Angka Stunting di Matim Menurun Berdasarkan e-PPGBM
Stunting merupakan masalah penting dalam kaitannya dengan persiapan generasi cerdas dimasa yang akan datang.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Robert Ropo
TRIBUNFLORES.COM, BORONG - Topik pembicaraan mengenai stunting belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial maupun pemberitaan media massa.
Hal itu berawal dari Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN-PASTI) Provinsi NTT, yang berlangsung di Hotel Aston Kupang pada Jumat, 4 Maret 2022 lalu.
Walaupun terus mengalami penurunan trend sejak tahun 2018, namun secara Nasional prevalensi stunting di NTT masih masuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 20.9 % di tahun 2021.
Baca juga: Wakapolres Ngada Ingatkan Bhabinkamtibmas Harus Bertanggungjawab Menjalankan Tugas
Berdasarkan siaran pers BKKBN, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa berdasar Studi Status Gizi Indonesia 2021, lima Kabupaten di NTT yang masuk dalam 10 besar daerah yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia yaitu Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat dan Manggarai Timur.
Masuknya Manggarai Timur sebagai salah satu dari lima daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di NTT dengan angka 42.9 % menimbulkan diskusi dan perdebatan yang cukup ramai di media sosial. Angka ini seolah menggambarkan bahwa Pemda Matim tidak serius menangani masalah stunting.
Perdebatan juga muncul karena data prevelensi stunting yang dirilis oleh Pemda Matim sebelumnya sebesar 12 % per Frebuari 2022 dan untuk ini Manggarai Timur mendapat penghargaan peringkat 2 pelaksanaan konvergensi stunting di Provinsi NTT.
Terkait dengan permasalahan Stunting tersebut, Sekertaris Daerah (Sekda) selaku Ketua Pokja Stunting Kabupaten Manggarai Timur, Ir Boni Hasudungan Siregar, saat kopi bareng wartawan di media center, Rabu 9 Maret 2022, mengatakan, Pemda Matim merasa perlu untuk menyampaikan beberapa hal dalam penanganan stunting sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Baca juga: Warga Manggarai Timur Ini Anyam Gedek Hidupkan Keluarga hingga Sekolahkan Anak
Boni menjelaskan, stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga merupakan salah satu penyebab pertumbuhan tinggi badan anak terhambat dan tidak sesuai dengan usianya.
Stunting merupakan masalah penting dalam kaitannya dengan persiapan generasi cerdas dimasa yang akan datang.
Menurut Sekda Boni, untuk mengukur status stunting di suatu wilayah digunakan presentase prevalensi stunting, yaitu jumlah anak yang sangat pendek (stunting) dibandingkan dengan jumlah anak Balita pada waktu yang sama.
Sekda Boni menjelaskan, prevelensi Stunting Kabupaten Manggarai Timur 42,9 % menurut SSGI (Studi Status Gizi Indonesia) dan menurun 12 % menurut Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat secara online (e-PPGBM).
SSGI merupakan sebuah survei berskala nasional yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan status gizi balita (stunting, wasting, dan underweight) secara nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Survey ini dilakukan secara periodik setahun sekali dengan menggunakan tenaga enumerator terlatih pada 514 kabupaten/kota se-Indonesia dengan jumlah balita sebanyak 153.228.