Berita Lembata
Hasil Tangkapan Nelayan Hadakewa Lembata Berkurang, Ini Penyebabnya
Lasarus Wato, salah satu nelayan, mengaku hasil tangkapan mereka berkurang drastis karena kehadiran kapal purse seine.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA - Nelayan tradisional di Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata mulai merasakan dampak dari eksploitasi laut yang berlebihan dari kapal tangkap purse seine dan alat tangkap lampara.
Pada Jumat, 11 Maret 2022, puluhan nelayan ini mendatangi Kantor Desa Hadakewa dan mengadukan masalah ini kepada Kepala Desa Klemens Kwaman.
Lasarus Wato, salah satu nelayan, mengaku hasil tangkapan mereka berkurang drastis karena kehadiran kapal purse seine.
Daya tangkap pukat purse seine dan lampara yang merusak biota laut dan sangat masif berpengaruh pula pada hasil tangkapan para nelayan tradisional.
Baca juga: Cerita Paulus Keluarga Pasien Covid-19 di Sikka Layani Kebutuhan Istri dari Jendela
Dirinya menceritrakan bahwa pada tahun 2021 pada awal tahun seperti sekarang, hasil tangkapan mereka begitu melimpah, tapi sekarang justru berbanding terbalik.
"Mereka (purse seine) pakai alat tangkap yang merusak sekali," ungkap Lasarus.
Menurut dia, kapal purse seine dan lampara masuk ke Teluk Lewoleba sejak dua atau tiga tahun lalu. Selain nelayan dari luar, ternyata ada juga nelayan Hadakewa yang mempunyai purse seine.
"Kita konservasi dulu. Setelah masalah ini habis kita akan pikir ke depan. Jangan buat hal hal yang di luar kesepakatan," tegas Kepala Desa, Klemens di hadapan para nelayan.
Baca juga: Warga LAUT Senang Pemda Manggarai Timur Salurkan Beras Bantuan
Kepala desa dua periode ini sudah memikirkan dilakukannya konservasi laut untuk menyelamatkan ekosistem Teluk Hadakewa yang terancam rusak.
"Tahun ini harus mulai konservasi," kata dia.
Model konservasi laut yang akan diterapkan disebut Muro, kearifan lokal warisan leluhur di Lembata untuk menjaga kelestarian ikan-ikan, terumbu karang dan biota laut.
Muro saat ini telah diterapkan di desa Kolontobo, Tapobaran, Dikesare, Lamatokan, dan Lamawolo berkat advokasi yang komprehensif dan LSM Barakat.
"Wajib konservasi. Dulu ikan banyak sekali, semua jenis. Sekarang tinggal beberapa jenis saja dan sudah mulai berkurang," ujar Klemens.