In Memoriam Pater Alex Beding SVD

Imam Sulung Lembata dan Tokoh Pers NTT

Imam dan tokoh Pers NTT, Pater Alex Beding meninggal dunia, Sabtu 12 Maret 2022 di RS Gabriel Kewapante,karyanya tak lekang oleh waktu.

Editor: Egy Moa
zoom-inlihat foto Imam Sulung Lembata dan Tokoh Pers NTT
DOK.HU POS KUPANG
Pater Alex Beding, SVD

“Gambar ini melukiskan identitas kita semua sebagai orang Lamalera. Di atas kenyataan inilah kita dilahirkan, hidup dan bertumbuh hingga saat ini.” Kata-kata tersebut diucapkan Pater Alex Beding dengan bibir gemetar. Orang Lamalera, sebagaimana dihadirkan melalui gambar itu seakan berada di antara laut yang menyediakan kehidupan dan darat yang menghadirkan kekuatan.

Di laut mereka bertarung dengan ikan raksasa. Kadang dengan korban nyawa. Berbekal keberanian dan kenekatan. Di darat, meski tanah berada di selangkangan bebatuan besar dan kecil, masih dapat dimanfaatkan untuk menanam ubi dan jagung walaupun tidak menentu tumbuhnya. Lebih banyak gagal. Tapi di darat inilah para perempuan Lamalera setia menjelajahi puluhan desa di pedalaman untuk membarter hasil bumi berupa jagung, padi, buah-buahan, sayur, ubi-ubian dan sebagainya dengan modal ikan, garam dan kapur. Drama kehidupan ini telah berlangsung selama berabad-abad. Abadi hingga detik ini. Dan, tetap berlanjut hingga masa depan.

Baca juga: Suami Sakit, Maria Jualan Bensin Hidupi Keluarga hingga Sekolahkan Anak di Sikka

Steph Tupeng Witin lebih jauh melukiskan sebagai berikut. Kebahagiaan intan imamat Pater Alex menjadi mahkota iman seluruh umat. Tuhan seakan tengah berjalan melintasi deretan tena laja untuk melewati, menguatkan dan menyegarkan dahaga iman umat yang setiap saat direpresi oleh berbagai tantangan dan kesulitan.

Tuhan itu telah setia bersama Pater Alex selama 60 tahun dengan menjaga dan merawat imamat dalam bejana tanah liat kemanusiaan. Selama 60 tahun, Pater Alex telah berpeluh, berkeringat seperti para nelayan Lamalera kekar yang dibakar keganasan terik matahari di tengah hamparan laut nan ganas. Tapi tetap setia berziarah seperti para perempuan Lamalera ber-penetang (berjalan ke pedalaman Lembata untuk membarter hasil bumi).

Dan hari itu, 23 Oktober 2011, kebahagiaan dan kegembiraan rasanya tidak tuntas dilukiskan dengan kata. Kebahagiaan dirayakan dengan sederhana tapi bermakna agung. Seperti kata pemazmur: bagai petani yang tersenyum bahagia kembali dari ladang dengan memikul berkas-berkas padi. Seperti kebahagiaan para prajurit yang kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan. Kebahagiaan itu tetap terlukis di antara deretan tena laja yang akan mematung hingga kapan pun. 

Berita sikka lainnya

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved