Perempuan Tewas di Pohon Asam

Jalan Rusak, Warga di Sikka Pikul Peti Jenazah Lewat Lereng Bukit

Sementara sejumlah warga berkerumun di tkp. Pihak keluarga juga tampak sibuk mengevakuasi jenazah.

Editor: Gordy
TRIBUNFLORES.COM / NOFRI FUKA
PIKUL PETI - Sejumlah warga melewati jalan terjal di Dusun Kopong Desa Kopong Kecamatan Kewapante Kabupaten Sikka, Minggu 13 Maret 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Nofri Fuka

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Sejumlah warga Dusun Kopong tampak menggotong sebuah peti jenazah melewati jalan setapak di lereng bukit, Desa Kopong, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Minggu 13 Maret 2022.

Mereka terlihat menuruni jalanan setapak yang terjal, melewati kali kecil tak berjembatan, maupun mendaki jalan yang terjal yang nampak sulit dilewati.

Mereka membagi tugas membawa peti mati tersebut, 3 orang nampak memikul badan peti sedangkan 1 orangnya memikul penutup peti.

Baca juga: BREAKING NEWS : Seorang Perempuan di Sikka Ditemukan Tewas di Pohon Asam

 

Sesekali mereka berhenti, dikarenakan kondisi jalan yang terjal dan cukup sulit dilewati.

Peti jenazah itu diperuntukkan untuk seorang warga asal desa Kopong, EN (41) yang meninggal Minggu 13 Maret 2022.

Ingin Jadi Perawat

Sebelumnya, EN (41) warga Dusun Kopong Desa Kopong Kecamatan Kewapante Kabupaten Sikka meninggal dunia di pohon asam depan rumahnya, Minggu 13 Maret 2022 sekitar pukul 04.00 Wita.

Korban ditemukan ayah kandung korban, Aloysius Lado (77).

Aloysius menjelaskan, koban adalah seorang anak yang cerdas semasa mengenyam pendidikan di bangku sekolah (SDK Watukobu, SMPK Yapenthom, maupun SMA Katolik St. Petrus Kewapante.

"Dia itu pintar saat sekolah dulu, selalu dapat peringkat 1 saat ujian," ungkap Aloysius kepada TRIBUNFLORES.COM.

Baca juga: Kisah Aloysius, Korban Ingin Jadi Perawat Namun Keluarga Tak Mampu

Korban memiliki keinginan yang besar menjadi seorang perawat, bahkan ia juga sudah menyampaikan keinginannya ke keluarga saat masih sekolah dulu.

"Dia ini dulu bercita-cita jadi perawat, hanya kita ekonomi lemah pak, jadi ia tidak lanjut sekolah, karena itu ia pergi merantau di Malaysia hanya di sana baru 6 bulan ia dikirim ke sini karena sakit mental," ungkap dia.

Sementara itu, anggota keluarga lainnya, Petrus mengaku korban sudah menderita sakit bertahun-tahun, ia dulunya saat sekolah selalu mendapat peringkat satu.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved