Perempuan Tewas di Pohon Asam
Jalan Rusak, Warga di Sikka Pikul Peti Jenazah Lewat Lereng Bukit
Sementara sejumlah warga berkerumun di tkp. Pihak keluarga juga tampak sibuk mengevakuasi jenazah.
"Ponakan saya ini sakit sudah lama, ia juga pintar dulu saat sekolah, hanya karena sakit ini jadi harapannya pupus," ujar Petrus.
Sementara warga lainnya, Fransiskus Perancis mengaku kasus dugaan bunuh diri sudah 2 terjadi di wilayah itu.
Atas kejadian ini keluarga dan warga berharap kejadian ini takkan terulang lagi sebab, kejadian bunuh diri berupa gantung diri, sudah terjadi dua kali di sekitar kompleks ini.
"Disini sudah terjadi bunuh diri atau gantung diri dua kali, kasus pertama itu terjadi 7 tahun lalu di Kampung Magetada ini RT 07 Dusun Kopong, Desa Kopong dan hari ini di sini," ungkap Fransiskus Perancis yang merupakan saudara kandung dari korban yang meninggal 7 tahun yang lalu.
Keluarga Sedih
Sebelumnya, EN (41) warga RW 03 RT 05 Dusun Kopong, Desa Kopong, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka ditemukan meninggal dunia di pohon asam, Minggu 13 Maret 2022.
Baca juga: Seorang Warga Sikka Tewas di Pohon Asam, Ini Pengakuan Ayah Kandung Korban
Menurut keterangan dari ayah kandung korban, Aloysius Lado (77), korban diketahui sudah menderita sakit mental sejak tahun 2000 silam.
"Dia ini sudah sakit jiwa sejak tahun 2000 pak, hal itu berawal dari ia ke Malaysia jadi TKW, karena dia mau lanjut sekolah juga kita ekonomi lemah begini, terpaksa ia berhenti pas tamat SMA, dan karena ada kesempatan lowongan kerja di Malaysia ia kesana, namun baru 6 bulan ia dikirim kembali dengan kondisi dalam keadaan sakit mental," ungkap Aloysius kepada TRIBUNFLORES.COM.
Ia juga menjelaskan korban pada tahun 2008 sempat sembuh dari sakitnya. Namun, hanya satu tahun. Tahun 2009 korban sakit lagi.

"Anak saya ini sempat sembuh dari sakit ini pada tahun 2008, hanya 2009 mulai kambuh lagi," ujarnya.
Namun, perjuangan untuk menyembuhkan sakit korban tetap dilakukan oleh keluarga, angin segar muncul lagi ketika sang ayah membawa korban berobat di Puskesmas Kewapante.
"Syukurlah sekitar tahun 2019 kita ada dapat bantuan obat dari dokter Ruben yang bertugas di Puskesmas Kewapante, waktu itu dokter beri dua jenis obat biru dan kuning, ia minum dan mulai sembuh secara perlahan, dan akhirnya ia bisa bantu saya petik sayur, cuci piring,"ungkapnya.
Oleh karena itu ayah kandung dan keluarga korban sangat menyesalkan keputusan korban lakukan dugaan bunuh diri.
"Kita sudah berjuang puluhan tahun supaya dia sembuh, tapi dia ambil keputusan begini, membuat ketika sangat sesal atas sikapnya," tutur dia.
Ia mengungkapkan, korban tak bersuami, selama ini mereka tinggal serumah dengan ayahnya. Mereka dalam rumah ada 6 orang. Istri dari Aloysius atau ibu dari korban sudah meninggal tahun 1989 silam.