Berita Manggarai Barat
DPRD Manggarai Barat Dorong Pemerintah Daerah Bantu Warga Benteng Tado
Anggota DPRD Manggarai Barat, Yosep Suhardi mendorong pemerintah daerah untuk membantu korban fenomena pergerakan tanah di Benteng Todo.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Gecio Viana
TRIBUNFLORES.COM, LABUAN BAJO -Anggota DPRD Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Yosep Suhardi mendorong pemerintah daerah untuk membantu korban fenomena pergerakan tanah.
Sebanyak dua unit rumah roboh dan sembilan rumah rusak akibat pergerakan tanah selama 5 tahun terakhir, di Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Mabar.
"Kami mendorong pak bupati agar sesuai kondisi keuangan daerah Mabar membantu warga yg terkena dampak yang rumahnya rusak berat maupun yang rusak ringan, untuk dibantu materialnya agar mereka bisa bangun rumah darurat yang penting mereka bisa merasa nyaman sedikit," katanya Selasa 29 Maret 2022.
Politisi Partai Gerindra itu menjelaskan, langkah konkret yang mesti dilakukan oleh Pemda Mabar melalui dinas teknis segera turun ke lokasi, guna mempelajari dan mengetahui secara pasti sebab musabab dari fenomena alam turun atau terbelahnya tanah tersebut, serta banyak dampak ikutan lainnya.
Baca juga: Simplisius Pasrah Rumah Roboh Dampak Tanah Bergerak
"Dengan mengetahui semua itu, Pemda Mabar dalam hal ini bupati membuat kebijakan strategis yang dapat mengatasi masalah itu dan pasti DPRD sangat mendukungnya," tegas politikus yang akrab disapa Yos Gagar.
Menurutnya, fenomena yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir itu perlu ditangani pemerintah.
"Seingat saya, kejadian itu terjadi setiap tahun sejak 4 thun lalu, dan bukan tidak mungkin akan terus terjadi kedepannya, tapi anehnya masyarakat itu sendiri ridak merasa terancam dengan keadaan seprti itu, bahkan ada juga warga yang malah bangun rumah baru di sekitar tanah yg rawan turun atau terbelah itu," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, fenomena pergerakan tanah mengancam sebanyak 411 jiwa dari 114 KK Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga: 411 Jiwa di Manggarai Barat Terancam Pergerakan Tanah
Pergerakan tanah ini telah dideteksi di desa yang dimekarkan dari Desa Nampar Macing itu sejak 2018, 2019, 2020, 2021 dan 2022.
"Ada 2 kampung, yakni Kampung Dange itu 52 kk dengan jumlah 186 jiwa dan Kampung Wae Munting ada 62 kk, jumlah 225 jiwa," rinci kepala Dusun Tado, Mikael Agung, Minggu 27 Maret 2022.
Mikael menjelaskan, terdapat satu kampung lainnya, yakni kampung Mengkaleng yang memiliki 17 kk, namun tidak ada laporan dampak fenomena pergerakan tanah.
Tokoh masyarakat Kampung Wae Munting, Viktor Bitrudis (50) mengatakan, fenomena pergerakan tanah mengakibatkan sejumlah titik jalan kampung terbelah dan rumah warga yang rusak, bahkan hingga roboh.
Baca juga: Warga Nisar Tagih Janji Pemda Manggarai Barat Bangun Jembatan
Selama 5 kali pergerakan tanah yang terjadi usai hujan deras atau gempa bumi, sejumlah rumah warga akan mengalami kerusakan, bahkan roboh. Terdapat sebanyak 2 rumah warga yang roboh dan 9 rumah lainnya mengalami kerusakan bervariasi.
"Paling parah yang roboh, ada rumah yang fondasi turun, lantai pecah, bangunan bergeser hampir roboh," jelas Viktor diamini Tua Golo Wae Munting, Daniel Labu (82) serta tokoh masyarakat lainnya.
Viktor menuturkan, fenomena pergerakan tanah pada 2018 lalu mengakibatkan 2 rumah warga di Kampung Wae Montong rusak.
Pada 2019, lanjut Viktor, terjadi pergerakan tanah yang mengakibatkan beberapa titik jalan terbelah, namun tidak mengakibatkan kerusakan rumah warga.
Baca juga: Tanah Bergerak di Nampar Macing Manggarai Barat, 1 Rumah Rusak Berat 200 Jiwa Hidup Terancam
Kejadian tersebut sempat dilaporkan ke pemerintah, namun terkesan tidak mendapatkan respon.
"Karena hal itu (tidak direspon pemerintah), pada tahun 2020 terjadi lagi dan 1 rumah rusak dan 1 rumah roboh, kami tidak laporkan, karena tidak ada penanganan," katanya.
Pergerakan tanah selanjutnya terjadi pada tahun 2021, dan mengakibatkan 1 rumah warga roboh dan 3 rumah warga lainnya rusak.
"Dalam tahun itu kami laporkan ada 4 rumah terdampak, kami laporkan ke pemerintah desa, tapi tidak ada kelanjutan. Lanjutkan ke pemda via pesan WhatsApp, tapi tidak ada respon. Yang kami laporkan tambah di tahun sebelumnya, sehingga 6 rumah terdampak yang kami laporkan," katanya.
Sementara itu, pada Februari 2022, pergerakan tanah kembali terjadi dan mengakibatkan 5 rumah warga rusak.
"Pada 23 Februari 2022 merambah ke 9 rumah, termasuk 4 rumah di tahun sebelumnya. Total 11 rumah karena 2 rumah lainnya yang rusak di Kampung Denge," jelasnya.
Baca juga: Residivis Pencuri 12 Handphone Diciduk Polres Manggarai Barat
Warga terdampak saat ini memilih untuk tinggal di rumah tetangga atau membangun gubuk di kebun sebagai tempat tinggal.
Pihak BPD Desa Persiapan Benteng Tado telah melakukan pendataan dan melaporkan kejadian tersebut BPBD Kabupaten Mabar. Namun demikian, yang dilakukan pemerintah yakni pendataan di lapangan dan melakukan sosialisasi dan imbauan serta konsekuensi atas peristiwa tersebut yakni relokasi warga.