Berita Lembata
Simulasi Bencana di Lembata Menumbuhkan Kapasitas Keluarga Hadapi Bencana
Bencana alam silih berganti di Lembata tahun lalu menyadarkan warga masyarakat dan pemerintah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapisetiap bencana.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, RICKO WAWO
TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Lembata merupakan salah satu kabupaten rawan bencana. Setahun yang lalu, kabupaten di satu pulau ini dilanda erupsi Gunung Ile Lewotolok dan bencana banjir serta longsor yang memakan banyak korban jiwa. Kesadaran akan potensi bencana terus ditumbuhkan kepada masyarakat.
Salah satunya dengan menggelar simulasi bencana yang dilakukan di RT 36, Kelurahan Lewoleba Timur, Kota Lewoleba, pada peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN), Selasa, 26 April 2022.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Pramuka dan relawan dari beberapa lembaga swadaya masyarakat terlibat dalam simulasi bencana tsunami.
Simulasi diawali dengan apel bersama pada pagi hari dipimpin oleh Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Lembata, Sipri Meru. Para pegawai BPBD dan relawan kemudian dibagi ke dalam empat kelompok. Masing-masing kelompok kemudian disebar ke rumah-rumah warga RT 36 yang sudah menunggu di rumah.
Baca juga: Penjabat Bupati Lembata dan Flotim Dilantik Bulan Mei
Di sana, mereka memastikan setiap keluarga bisa mengevakuasi diri secara baik saat siaga darurat dan darurat bencana tsunami. Setiap keluarga harus mengevakuasi diri dengan membawa tas siaga bencana. Ini merupakan bagian dari konsep Keluarga Tangguh Bencana (Katana). Tak hanya tas siaga bencana, setiap keluarga juga sudah tahu teknik menyelamatkan diri termasuk bagaimana mengevakuasi kelompok rentan seperti kaum difabel, anak-anak, dan lansia.
Simulasi berlangsung selama satu jam dan berjalan lancar. Warga juga tampak antusias dan mengikuti arahan evakuasi diri dari rumah hingga ke titik kumpul. Beberapa warga mengakui simulasi bencana seperti itu sangat penting dilakukan, apalagi mereka baru saja menyaksikan pengalaman bencana erupsi dan badai seroja yang menyebabkan banjir dan longsor setahun yang lalu.
Relawan Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kabupaten Lembata, Antonius Molan Leumara mengatakan lima inovasi Forum PRB Kabupaten Lembata yang selama ini sudah dilaksanakan yakni, pertama; Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga, kedua; Tanam Simpan Panen Air Hujan, ketiga; Taman Obat dan Sayur Keluarga, Biogas Rumah Tangga, dan kelima; Keluarga Tangguh Bencana.
Kelima program ini bukan diinisiasi oleh pemerintah daerah tapi oleh lembaga swadaya masyarakat yang tergabung dalam Forum PRB.
Baca juga: Kedua Kali, KPU Lembata Raih Peringkat Terbaik IKPA KPPN Larantuka
Menurut Anton, dari lima inovasi itu, Keluarga Tangguh Bencana merupakan inovasi yang paling penting. Bahkan, konsep ini pertama kali dicanangkan di Lembata pada 12 Oktober 2019 oleh Ibu In Wangge yang saat itu menjabat Camat Nubatukan. Barulah, dua bulan kemudian konsep ini dicanangkan secara nasional di Aceh pada 22 Desember 2019.
“Ini kerja-kerja Forum PRB Lembata yang luar biasa dan pemerintah bisa pakai konsep-konsep ini,” ungkap relawan yang akrab disapa Anton ini.
Anggota DPRD Lembata ini kemudian menyebutkan sejumlah indikator keberhasilan konsep Katana di Lembata. Beberapa di antaranya yaitu warga sadar akan adanya potensi bencana, masing-masing keluarga sudah menyiapkan tas siaga bencana yang berguna untuk menyimpan dokumen-dokumen penting yang perlu diselamatkan, adanya pembagian peran dalam keluarga saat evakuasi, mengetahui jalur evakuasi yang aman yang sudah ditentukan oleh pemerintah daerah, dan sudah ada titik kumpul keluarga minimal di lingkungan RT.
Kepala Pelaksana BPBD Lembata Sipri Meru, menjelaskan urusan penanggulangan bencana melibatkan lima stakeholder atau lazim disebut pentahelix yakni pemerintah, masyarakat, lembaga sosial/dunia usaha, media dan akademisi.
Baca juga: Data Ibu dan Bayi di Lembata Gunakan Aplikasi Simatneo
Sipri Meru berujar juga merefleksikan kembali peristiwa bencana setahun yang lalu dan memakan banyak korban jiwa. Untuk itu, salah satu tujuan dari simulasi ini adalah tak ada korban jiwa saat terjadinya bencana atau zero korban bencana.
“Hari ini kita bangun kekuatan bersama untuk kesiapsiagaan bencana di Lembata, selalu siaga hadapi bencana sehingga selalu kuat tanggulangi bencana,” katanya.