Flores Bicara

Flores Bicara: Pater Dr. Otto Gusti Madung Ceritakan STFK Menjadi IFTK Ledalero

Pater Otto menjelaskan, IFTK ledalero adalah milik Societas Verbi Divini (SVD) namun kaum awam juga dapat diperbolehkan bekerja di sana.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
TALK SHOW - Program Flores Bicara, Edisi Jumat 24 Juni 2022, bertempat di Studionya TribunFlores.com, Kelurahan Madawat Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, hadir Ketua STFK Ledalero, Pater Dr. Otto Gusti Ndegong Madung, SVD dengan dipandu Host Egy Moa. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Nofri Fuka

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Perubahan nama dan bentuk Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero menjadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero akhir-akhir ini ramai menjadi perbincangan publik.

Lantaran, Nama STFK Ledalero yang sudah menyejarah dan dikenal luas publik tiba-tiba diubah nama dan bentuknya menjadi IFTK Ledalero.

Dalam Program Flores Bicara, Edisi Jumat 24 Juni 2022, bertempat di Studionya TribunFlores.com, Kelurahan Madawat Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Ketua STFK Ledalero, Pater Dr. Otto Gusti Ndegong Madung, SVD hadir memberikan penjelasan perubahan nama dan bentuk tersebut.

Dengan dipandu oleh Host, Egy Moa yang juga sebagai Editor TribunFlores.Com, Pater Dr. Otto Gusti N. Madung SVD, menguraikan bahwa, pada tanggal 16 Juni 2022 Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439/E/O/2022 tentang Izin Perubahan Bentuk Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero di Kabupaten Sikkan menjadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diselenggarakan oleh Yayasan Persekolahan Santu Paulus Ende.

Baca juga: STFK Ledalero Beralih Jadi Institut Filsafat dan Teknlogi Kreatif

 

"Selain perubahan bentuk, IFTK Ledalero juga mendapat izin untuk menyelenggarakan dua program studi (Prodi) baru yakni Prodi Kewirausahaan dan Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV). SK ini ditandatangani oleh Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng," ungkapnya.

Ketua Sekolah STFK Ledalero, Pater Dr. Otto Gusti Ndegong Madung menjelaskan perubahan nama ini memiliki cerita dan alasan tertentu.

"Kita tahu bahwa nama STFK Ledalero memiliki sejarah yang panjang. Dan dalam sejarah yang panjang itu, STFK Ledalero hanya diperbolehkan menjalankan 2 Prodi yakni Prodi Filsafat dan Teologi dan satu tambahan pagi Prodi pendidikan keagamaan Katolik (PKK)," ungkapnya.

Namun, kata Pater Otto Gusti, cakupannya sangat terbatas yakni hanya pada teologi tentang keagamaan dan institusi STFK tidak diperbolehkan menambahkan prodi-prodi yang lain.

"Dan kita tahu, STFK Ledalero adalah salah satu pendidikan tinggi yang cukup berkualitas di NTT tapi saya kira di Indonesia juga tamatannya bekerja di mana," kata Pater Otto Gusti.

Tapi menurut Pater Otto Gusti, kontribusi STFK Ledalero sangat terbatas, untuk mereka yang studi teologi dan filsafat, karena mereka dikatakan tidak bisa menyelenggarakan program studi yang lain.

Baca juga: Bangun Gedung Perpustakaan Telan Anggaran Rp 8 Miliar, Bupati Sikka Sebut Mirip Hotel Sasando

"Ketika menjadi IFTK Ledalero, maka IFTK memiliki kesempatan yang luas untuk mendirikan prodi yang lain dan sekarang ada prodi Kewirausahaan dan prodi desain komunikasi visual," ungkap Pater Otto.

Dengan demikian, kontribusi SVD sebagai pemilik dan yang menjalankan lembaga ini bisa menjangkau ke daerah dan masyarakat yang lebih luas.

"Yang sebelumnya mau studi ilmu-ilmu sekular, sekarang bisa dilayani oleh IFTK Ledalero dengan pemilik sekolahnya adalah SVD. Satu kongregasi religius yang sangat tua di Indonesia dan secara khusus di Flores," tandasnya.

Jadi alasan mendasar, kata Pater Otto Gusti, misi SVD yang luas tak hanya menjangkau publik yang terbatas, calon-calon imam, atau orang yang berminat dalam dunia filsafat, tapi juga untuk publik luas yang ingin studi bidang-bidang yang lain.

Adapula alasan lain yakni, beberapa tahun terakhir pemerintah melakukan pembenahan terhadap sistem pendidikan tinggi terkait dengan jumlah mahasiswa, pendanaan, dan sumber daya manusia. Sekolah tinggi dengan jumlah mahasiswa di bawah 1000 orang dipaksa oleh pemerintah untuk ditutup atau bergabung dengan universitas terdekat.

"Tidak tertutup kemungkinan bahwa persoalan ini akan menimpa STFK Ledalero jika hanya mengandalkan mahasiswa dari prodi filsafat dengan jumlah yang sangat terbatas," paparnya.

*Apakah Perubahan Bentuk Pengaruhi Visi dan Misi STFK Ledaro? *

Pater Otto Gusti mengakui bahwa perubahan nama dan bentuk STFK Ledalero menjadi IFTK Ledalero mempengaruhi visi dan misi STFK Ledalero itu sendiri.

"Meskipun demikian program studi filsafat dan teologi serta PKK tetap menjadi bagian integral dari pendidikan ini (IFTK Ledalero) dan nanti studi teologi dan filsafat itu tetap berada di Ledalero sedangkan ilmu-ilmu sekular itu di Kampus yang baru dengan dua gedung yang satunya biaya sendiri dan satunya subsidi dari pemerintah. Sekolah itu dibangun di Kelurahan Jalan Wairklau, Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka," pungkasnya.

Jadi visinya tetap pendidikan, kebebasan. Itu menjadi visi SVD juga dalam bidang pendidikan.

"Jadi itu tetap," tegasnya.

Pater Otto Gusti menerangkan bahwa dalam konteks dunia sekarang, dimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengalir begitu cepat seorang calon imam juga harus mampu membaca tanda-tanda zaman.

"Mampu membangun dialog, dari budaya, dari agama dan latar ilmu pengetahuan yang lain, dan teologi dan filsafat saya pikir hanya tetap relevan di dunia ini kalau dia juga membuka diri terhadap ilmu-ilmu yang lain, misalnya ilmu bisnis, kemudian pariwisata, IT, desain komunikasi visual, itu bisa menjadi partner yang baik dari teologi dan filsafat," imbuhnya.

Proses STFK Ledalero Menjadi IFTK Ledalero 

Diceritakan Pater Otto Gusti bahwa, proses pengajuan izin terkait dengan hadirnya IFTK Ledalero sudah dimulai sejak 3 tahun yang lalu.

"Respon dari para alumni dan masyarakat seluruhnya baik adanya. Jadi sebenarnya mereka itu sudah disiapkan, dan ketika SK kemarin muncul mereka turut bergembira," ceritanya membeberkan respon para alumni dan masyarakat terkait perubahan STFK Ledalero ini.

Untuk pemilihan Prodi Kewirausahaan dan DKV, Pater Otto berujar, sebelumnya kita sudah membuat studi banding. Ke Universitas Widya Nusantara, Widya Mandala dan beberapa universitas lainnya.

Baca juga: Keributan Direktur PDAM Sikka dengan Staf, Pelaku Ganti Kaca Jendela yang Pecah

"Kemudian kita juga membuat kajian lapangan, apakah yang didirikan itu sudah ada di perguruan-perguruan tinggi di NTT. Setau saya prodi kewirausahaan dan DKV adalah prodi pertama di NTT," ungkapnya.

Dan Pater Otto Gusti menjamin bahwa peluang untuk mendapatkan pekerjaan dari dua prodi ini sangat besar.

"Misalnya Prodi desain komunikasi visual, dia tidak hanya berbicara tentang komunikasi tapi bagaimana ilmu komunikasi yang sering sangat abstrak itu dikaitkan dengan masalah pariwisata, bisnis, jadi dia coba membumikan ilmu komunikasi. Sehingga tamatannya tidak hanya mampu mencari pekerjaan tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan," terangnya.

Khusus di Wilayah Kabupaten Sikka, menurut Pater Otto Gusti, wilayah ini kaya akan pariwisata, baik itu pariwisata religi, alamnya yang indah, lalu kulinernya juga, tapi belum bisa dipasarkan hingga ke mancanegara secara masif.

"Lalu kita sekarang berada di daerah digital, pemasaran itu bisa menjangkau masyarakat global itu, kalau teknik digital itu juga dilibatkan dalam proses pemasaran itu. Dan DKV dan Kewirausahaan menyiapkan anak-anak kita untuk memasarkan itu ke tingkat nasional dan global," jelas Pater Otto Gusti.

Data Sekolah, Dosen, dan Mahasiswa IFTK Ledalero

Pater Otto Gusti memaparkan, untuk Prodi kewirausahaan, sudah ada 5 Dosen. Semuanya bergelar Strata-2 dan mereka siap mengajar.

"Sekitar tanggal 20 an Agustus kita akan mulai melangsungkan perkuliahan. Dan penerimaan mahasiswa baru sudah berlangsung sejak 2 hari yang lalu, 22 Juni 2022. Dan sekarang sudah ada 7 orang yang mendaftar di IFTK Ledalero. 1 orangnya dari Jakarta," pungkasnya.

Kendala sekarang, kata Pater Otto Gusti, persediaan dosen untuk Prodi DKV masih terbatas.

Baca juga: BREAKING NEWS: Polisi Ringkus Tukang Ojek di Sikka, Diduga Garap Paksa Siswi SMP

"Tapi kita sudah mengirim 3 orang untuk studi di Bandung. Dan kita akan mendatangkan sejumlah dosen tamu dari Universitas Petra Surabaya. Jadi untuk satu atau dua semester kedepan kita akan mendatangkan dosen dari sana," tuturnya.

Satu hal yang ditekankan Pater Otto Gusti, biaya perkuliahan di IFTK Ledalero lebih murah ketimbang di STFK Ledalero.

"Kalau di STFK itu satu tahun hampir 12 jutaan lebih. Sedangkan, di IFTK persemester hanya 3 Juta jadi satu tahun 6 juta," ungkapnya.

Target mahasiswa IFTK Ledalero Tahun ini, menurut Pater Otto Gusti, belum dipastikan jadi semua boleh mendaftar di IFTK Ledalero.

"Karena ruangan di STFK Ledalero sampai sekarang masih tersisa dan banyak yang belum ditempati sehingga, kita bisa menerima banyak mahasiswa tahun ini dan tahun mendatang," paparnya.

Sementara, mahasiswa yang baru akan numpang berkuliah di Gedung STFK Ledalero yang tersisa dan pada bulan oktober dan november mendatang ketika pembangunan gedung sudah rampung, mereka akan berkuliah di gedung baru tersebut.

"Untuk menunjang rencana perubahan institusi dan pembukaan dua prodi baru sekarang sedang dibangun gedung baru 3 lantai di kompleks Candraditya, Maumere dengan ukuran 71x32 meter. Proses pembangunan gedung sekarang sudah mencapai 70-an persen. Di lokasi yang sama juga Pemerintah Republik Indonesia lewat Kementerian PUPR sedang membangun gedung dengan ukuran yang sama untuk kepentingan pengembangan STFK menjadi IFTK Ledalero," kata Pater Otto.

Mimpi Untuk 2 Prodi 

Pater Otto membenarkan pernyataan bahwa kedepannya akan ada penambahan Prodi yang baru di IFTK Ledalero.

"Sementara kita sedang melakukan riset untuk itu. Dan kedepannya, pasti ada penambahan namun untuk sekarang saya belum dapat sampaikan," kata Pater Otto.

Untuk perjalanan Prodi Kewirausahaan dan DKV kedepan, Pater Otto bersama staf lainnya mengharapkan, kiranya anak-anak muda di NTT dapat dipersiapkan untuk dapat bersaing di bursa kerja.

"Kita tahu NTT dari segi pendidikan adalah daerah yang terbelakang. Dan kita sering mengirim TK ke luar daerah maupun mancanegara, karena mereka tidak dipersiapkan dan cukup banyak yang menjadi korban human trafficking. Saya kira penyebabnya adalah tenaga kerja kita belum disiapkan secara baik," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Dikabarkan akan Berkunjung ke Ukraina dan Rusia Akhir Juni 2022

Maka, lanjutnya, dengan 2 prodi baru ini, kami SVD dan juga IFTK bisa berkontribusi menyiapkan anak muda di NTT agar bisa bekerja di mana saja dan bisa bersaing di bursa pasar.

Adapun alasan kenapa STFK Ledalero banyak menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dan banyak berkarya di dalam negeri dan luar negeri namun tak menjamin peningkatan kualitas tenaga kerja di NTT, menurut pater Otto, hal itu disebabkan oleh terbatasnya akses pendidikan yang hanya diberikan pada segelintir orang dan tak mencakup publik.

"Misalnya di STFK itu mahasiswanyakan kebanyakan dari seminari yang hanya untuk laki-laki. Dan di NTT hanya berapa seminari saja. Sehingga dengan adanya IFTK ini dapat mencakup seluruh masyarakat soal pendidikan," tutupnya.

Data 6 Tahun Terakhir Jumlah Mahasiswa dan Dosen Filsafat STFK Ledalero dan Peluang Dapat Pekerjaan

Jumlah mahasiswa filsafat STFK ledalero dalam 6 tahun terakhir demikian, tahun 2017 ada 213 orang yang menjadi mahasiswa filsafat. Tahun 2018 meningkat menjadi 216 orang. Tahun 2019 terdapat 211 orang. Tahun 2020 meningkat menjadi 225 orang. Tahun 2021 meningkat jadi 241 orang. 2022 sudah ada 210 orang yang melamar dan masih ada gelombang kedua.

Dalam waktu dekat, Kata Pater Otto STFK Ledalero juga akan memiliki 25 hingga 26 dosen bergelar Doktor. Sebab, saat ini beberapa dosen telah dikirim untuk mengambil S3 di luar negeri maupun luar negeri.

Tekait ketersediaan staf pengajar di STFK Ledalero pater Otto katakan, untuk Prodi Filsafat itu cukup namun untuk Prodi teologi agak berkurang karena beberapa dosen lainnya sakit dan karena alasan lainnya.

Pater Otto juga mengungkapkan adanya grafik peningkatan minat anak muda kuliah dalam bidang filsafat.

"Jadi kita lihat trennya naik yah, itu bisa dijelaskan karena ada cukup banyak biara di Maumere, sekitar Ledalero dan mereka mengirimkan calon-calonnya, selain itu juga minat kaum awam juga meningkat dalam 6 tahun terakhir," terangnya.

Pengalaman menjadi pemimpin di STFK Ledalero terutama pada masa peralihan menjadi IFTK Ledalero, pater Otto mengaku tak kesulitan dan merasa bahagia. Sebab, ada banyak tim dibelakangnya yang begitu baik bekerja dalam lembaga pendidikan tersebut.

"Saya rasa tidak sulit karena dibelakang saya ada orang-orang hebat yang membantu saya. Jadi saya enjoy-enjoy saja," pungkasnya.

Pater Otto bersama yang lainnya berharap, nama Ledalero itu berpengaruh juga untuk 2 prodi di IFTK Ledalero.

Baca juga: Siswa SMAN 1 Poco Ranaka, Manggarai Timur Jadi Duta GenRe Putra Provinsi NTT

"Karena harus diakui mata kuliah filsafat kedepan agak sulit dalam mendapatkan pekerjaan karena, setiap lenbaga bisnis atau perusahaan, mereka mau mendapatkan orang yang bekerja dan pernah berkuliah pada bidang itu," ungkapnya.

Sekilas catatan historis, STFK Ledalero yang merupakan institusi asal dari IFTK Ledalero mendapat pengakuan dari pemerintah Republik Indonesia lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1969. Namun sesungguhnya umur STFK Ledalero sudah lebih tua dari itu, sebab kegiatan belajar mengajar filsafat dan teologi sudah berlangsung di Mataloko (Flores Barat) sejak tahun 1932 dan kemudian berpindah ke Ledalero pada tahun 1937.

Dalam sejarahnya yang panjang STFK Ledalero sudah menghasilkan 6324 alumni dengan perincian 21 orang uskup, 1962 imam dan 4383 (69,3 persen) awam. 500-an lebih di antaranya sedang bekerja sebagai misionaris di mancanegara. Mahasiwa yang kuliah di STFK Ledalero sekarang berjumlah pada 1315 orang.

Mereka semua terbagi ke dalam 15 Konvik (biara) dan satu peguyuban mahasiswa awam. Sebagian besar dari para mahasiswa tersebut adalah calon pastor atau calon romo.

Keterlibatan Kaum Awam dalam Lingkup IFTK Ledalero

Pater Otto membenarkan, keterlibatan kaum awam kedepannya dalam IFTK Ledalero sangat dibutuhkan dan pasti punya peranan yang penting.

"Untuk saat ini dalam memenuhi kuota staf pengajar kita sudah kirimkan 3 orang untuk studi lanjut ada juga 2 orang dari SVD yang kita kirimkan untuk studi di Filipina," ujarnya.

Pater Otto menjelaskan, IFTK ledalero adalah milik Societas Verbi Divini (SVD) namun kaum awam juga dapat diperbolehkan bekerja di sana.

"Dan mereka punya peluang yang setara dengan dosen-dosen imam untuk studi lanjut dan juga untuk memegang peran atau posisi-posisi penting nantinya," demikian kata Pater Otto.

Memperjuangkan Keadilan 

Dalam hal Advokasi, STFK Ledalero selama ini dikenal banyak melakukan upaya-upaya pemberdayaan maupun memperjuangkan kaum minoritas atau masyarakat yang ditindas.

Dalam hal ini, menurut Pater Otto, hingga nanti STFK Ledalero menjadi IFTK Ledalero pihaknya akan tetap melakukan riset, dan memperjuangkan keadilan di tengah masyarakat.

"Perguruan tinggi itukan melakukan 3 misi yakni, melakukan pendidikan, melakukan riset, pengabdian kepada masyarakat dan apa yang kami lakukan selama ini, itu bagian sentral dari tugas pengabdian kepada masyarakat," ungkapnya.

Satu hal penting yang disampaikannya adalah, kampus itu tidak boleh dibangun seperti menara gading tapi harus dipakai untuk mencerdaskan masyarakat luas.

"Dan saya kira misi ini akan tetap dijalankan," tegasnya.

"Jadi sekali lagi kami tetap terlibat dalam advokasi, memgkritisi kebijakan publik demi tercapainya keadilan di tengah masyarakat," kata Pater Otto. (Cr1).

Berita Flores Bicara lainnya

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved