Berita Ende

SMAK Negeri Santo Thomas Morus Ende Bermula dari Diskusi di Pohon Kelengkeng Kini Berusia 11 Tahun

Momentum perayaan ulang tahun selalu mengenang perjalanan awal yang serba susah dan sulit,keadaan masa kini dan tantangan yang dihadapi di masa depan

Penulis: Egy Moa | Editor: Egy Moa
TRIBUN FLORES.COM/EUGENIUS MOA
Perayaan HUT ke-11 SMAK Negeri Santo Thomas Morus Ende di Nanganesa, Kecamantan Ndona, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Sabtu 14 Januari 2023. 

TRIBUNFLORES.COM,ENDE-Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Negeri Santo Thomas Morus di Nanganesa, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Pulau Flores mencapai usia ke-11 tahun, Sabtu 14 Januari 2023.

Syukuran ulang tahun dengan perayaan misa dipimpin Pastor Paroki Ndona dihadiri para siswa, tokoh pendiri, Kepala Kantor Kemenang Ende, Drs.Nikolaus Nika, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Since Reo, dan para guru.

Momentum ulang tahun selalu mengenang perjalanan awal yang serba sulit, masa kini dan tantangan masa depan. Sampai menyandang status SMAK Negeri pertama di Provinsi NTT, sekolah ini melewati lika-liku perjuangan.

Gagasan mendirikan SMAK bermula dari diskusi lepas sambil bermain kartu di naungan pohon kelengkeng di halaman samping belakang Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Ende di Jalan Melati. Kepala Kantor Kemenang saat itu, Yosef Nganggo menjadi pemandu diskusi.

Selama beberapa bulan pada 11 tahun lalu, mereka beralasan kerja lembur kepada istri dan anak-anak di rumah agar bisa berlama-lama di kantor. Diskusi berbulan-bulan menghasilkan kesepakatan memulai  kegiatan belajar mengajar (KBM) SMAK Ende meminjam gedung SDK Ende 8. KBM tahun pelajaran pertama untuk dua kelas sejumah 80 peserta didik dilaksanakan pada siang hingga sore hari setelah murid SDK Ende 8 pulang sekolah.

Baca juga: Polres Ende dan Kompi Senapan Apel Gabungan Pererat Sinergisitas

“Tahun pertama siswa mendaftar 123 orang. Kami belum punya gedung, sehingga diseleksi terima 80 peserta untuk dua kelas. Kalau murid SD ada kegiatan sore hari, siswa SMAK tidak bisa sekolah,” kenang Yosef  kepada TribunFlores.com, Sabtu di Nanganesa.

Kesulitan semakin berat pada tahun kedua KBM. Pelamar baru bertambah, tapi tidak didukung ruangan. KBM pindah lokasi meminjam gedung lainnya milik Kemenag Ende.

Singkat cerita, kebutuhan lokasi dan gedung sendiri mendorong para pendiri mengadakan lahan. Betapa sulitnya mendapatkan lahan mendirikan bangunan sekolah. Keberuntungan menghampiri para pendiri, seorang  warga Nanganesa menjual lahan seluas 4.335 meter. Lokasi ini tak dilirik kebanyakan orang, karena menjadi tempat pembuangan limbah dari rumah potong hewan di sekitarnya. Bau kotoran hewan menyengat hidung dan harus diuruk tanah puluhan truk.

Justru lokasi ini disepakati dibeli. Swadaya dalam tradisi masyarakat Ende ‘minu ae petu’ (minum air panas) terhimpun dana Rp 20-30 juta yang digunakan membangun gedung KBM darurat pada tahun 2014.

Baca juga: Polres Ende Tahan Mantan Kades Wewaria Selewangkan Dana Desa Rp 169 Juta

Beberapa tahun berlangsung KBM, Kementrian Agama RI dan Kanwil Kemenag NTT mengalokasikan dana mendirikan gedung SMAK Ende. Geudng dua lantai dibangun senilai Rp 2 miliar lebih. Empat tahun lalu, SMAK pertama di Ende berubah status menjadi SMAK Negri Santo Thomas Morus Ende.

Yosef mengatakan gagasan mendirikan SMAK Ende untuk menyiapkan kaum awam terjun ke berbagai profesi di masyarakat, sebab tidak cukup waktu hanya melalui pelatihan dilakukan oleh paroki-paroki sekitar dua kali setahun.

Menurutnya, melalui jenjang pendidikan,ilmu keagamaan dan pembiasaan-pembiasaan di dalam Agama Katolik terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain.

“Lembaga pendidikan formal  menyiapkan mereka menjadi rasul awam menekuni berbagai profesi di dalam masyarakat. Apakah jadi tukang ojek, dokter, ekonom dan politisi dan lain-lain. Tidak hanya kompetensi keilmuan semata, tetapi juga ilmu keagamaan. Dia melakukan sesuatu atas dorongan  agamanya,” kata Yosef.

Baca juga: Seorang Ayah di Ende Garap Paksa Anak Kandung, Korban Masih Kelas 3 SD

“Kalau menjadi ekonom yang agamis, politisi yang agamis. Dan itu tidak hanya dengan latihan-latihan, tetapi harus melalui pembiasaan yang cukup lama  dalam kehidupan mereka melalui jenjang pendidikan,” ujar Yosef.

Lembaga pendidikan yang fungsionaris adalah SMAK, sejalan dengan Perpu No 55 Tahun 2007 tentang sekolah menengah keagamaan.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved