Cerpen Terbaru

Cerpen Romantika Bangku Tua: Di Pantai yang Bisu Part 2, Nostalgia Anak Kampung

Ini adalah part yang kedua. Sebenarnya sudah diposting pada sehari sebelumnya namun karena kendala teknis malam ini baru diposting.Simaklah cerpen

Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
zoom-inlihat foto Cerpen Romantika Bangku Tua: Di Pantai yang Bisu Part 2, Nostalgia Anak Kampung
TRIBUNFLORES.COM/NOFRI FUKA
CERPEN - Romantika Bangku Tua: Di pantai yang bisu Part 2. Cerpen Romantika Bangku Tua: Di Pantai yang Bisu Part 2, Nostalgia Anak Kampung.

Kali ini yang unik dari Lar itu soal kebiasaan tidurnya yang tak biasa. Bayangkan saja ia harus pakai celana pendek olahraga berlogo klub Real Madrid ukuran selutut saat tidur. Warna celana bebas saja intinya ada logo klub Real Madrid. Ingat!! Intinya ada logo klub Real Madrid karena itu sudah cukup menegaskan fanatismenya akan klub kebanggaannya itu.

Untuk baju tidur, dia lebih jatuh hati pada singlet putih andalannya yang sudah dibiasakan mamanya untuk dipakai sejak kecil. Tentu dengan balutan singlet putih yang kelihatan kedua ketiaknya. Menurut dia, singlet jadi pilihan utama karena ada banyak celah yang dapat memungkinkan angin malam yang dingin menerpa tubuhnya.

Untuk ranjang atau tempat tidur, Lar masih setia dengan tempat tidur kuno yang hanya berukuran satu orang. Jujur saja untuk ukuran body Lar yang aduhai gemuknya rasanya tak sebanding. Namun percaya atau tidak ranjang itu sudah menemani Lar semenjak kelas 1 SD hingga kini.

Ranjang itu terbuat dari kayu jati dengan campuran bambu. Kasurnya pun berbahan dasar serat kapuk. Kebetulan juga sudah berlubang pada bagian sudut kiri bawah karena termakan usia, jadi terkadang ketika bangun pagi badan Lar penuh riasan serat kapuk warna putih yang tercecer keluar dari lubang kasur itu. Bahkan kadang kadang Lar merasakan sesak napas yang sangat menyiksa. Nah..setelah dicek ternyata serat kapuklah yang menyumbat lubang hidungnya.

Di ranjang itu, kebetulan juga tersedia bantal guling (bantal peluk). Bantal itu menjadi teman Lar membagi kasih yang belum tersampaikan. Namun kasihan bantal itu tersiksa karena harus menahan pelukan dan dekapan yang kuat dari Lar saat Lar mulai terasuk pikirannya akan Si Dia. Sehingga terlihat bantal guling itu sudah mulai mengempes.

Berkaca dari semuanya. Lar tampaknya memang seperti pria kesepian. Tidur sendiri, meraung sendiri, pokoknya macam-macamlah. Apakah harus dijuluki sad boy? Ah.. bisa juga demikian melihat pola hidupnya yang pilu dan dramatis. Duhh.. Kasian yah.

Kembali pada memori pagi tanggal 3 Januari yang masih merasuk pikiran Lar. Lar benar benar mengutuk diri sendiri kala itu. Rasanya ia telah kalah taruhan taji ayam seperti yang biasa dirasakan om om di kompleksnya yang tersiksa batinnya ketika kalah judi taji ayam.

"Salah apa dosaku apa. Seharusnya kami dua masih chattan," demikian gumamnya membayangkan kembali memori kemarin pagi 3 Januari 2023 dalam posisi masih tergolek di ranjang.

Lar menyesalkan akhir obrolan yang tak sesuai ekspektasi.

"Seharusnya kamu itu langsung omong. Ngomong dong!! Ini masa putar sana putar sini. Hasil akhir Dianya pamit cuci piring. Nah..kau pi ikut sudah. Bantu dia cuci piring. Dasar bodoh," gumamnya mengutuk diri sendiri.

Lar seakan jatuh pada titik terbawah. Pergumulan memakan waktu dua jam lebih membuat dia kelelahan seolah-olah baru saja menyelesaikan pekerjaan berat. Sempat keringat halus juga. Maklumlah, mungkin lemak yang membandel di tubuhnya membuat tubuhnya cepat kepanasan dan mengeluarkan keringat. Tapi jangan cepat percaya ini hanya terkaan saja. Tapi nyatanya demikian, Lar benar benar keringatan.

Pukul 06.00 wita, Lar beranjak dari tempat tidurnya. Itupun karena teriakan, omelan serta kiriman kata mutiara dari mamanya, barulah Lar bisa bangun.

Alunan musik nostalgia yang terdengar bising dari tape recorder bapaknya selalu setia menyambut kehadiran Lar saat bangun pagi, setelah Lar mengalami tidur panjang, mengalami mimpi buruk, Meraung, bergumul bahkan berguling-guling.

Sambutan itu terlihat meriah namun menjengkelkan untuk Lar. Dulu Lar sempat ingin melenyapkan tape itu hanya niatnya diurungkan karena Tape tersebut memiliki nilai sejarah tersendiri dalam perjalanan hidup keluarganya. Katanya tape itu dulu ditinggalkan seorang prajurit Jepang semasa penjajahan pada kakek buyutnya. Lalu tape itu diwariskan kakek buyutnya turun temurun dan hingga kini sudah berada di tangan ketiga yakni bapaknya.

Lagu yang diputar tiap pagi saat Lar bangun pun judulnya masih sama yakni Kambing Kecil. Judulnya kedengaran Lucu, tapi jangan sangka itu merupakan lagu kesukaan bapaknya bahkan kakek buyutnya juga menyukai lagu itu. Lirik lagu itu menceritakan perjuangan seorang penggembala kambing di kaki bukit Surau.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved