Berita Flores Timur

Thomas Duli, Penyandang Tuna Netra di Flores Timur Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reot

Menyandang buta sejak 10 tahun yang lalu,Thomas Duli Sogen menempati gubuk beratap daun lontar dan hidup seorang diri di Desa Aransina Flores Timur.

Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Tomas Duli, kakek 90 tahun duduk di depan gubuk di Desa Aransina, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Tatapan Thomas Duli Sogen tampak kosong dari balik gubuk reyot berdinding dan beratapkan daun lontar, hari Sabtu siang 18 Maret 2023.

Semenjak tahun 2014, kakek 90 tahun ini menyandang tunanetra atau buta total. Kakek Tomas, sapaannya, hidup sebatang kara di kebun menempati gubuk berukuran sekitar 2x1 meter persegi berjarak ratusan meter dari pemukiman warga Desa Aransina di  Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores.

Meski hidup dalam kesunyian, Thomas tetap ceria dengan lawakan khasnya. Salah satu hiburan bagi kakek berkulit putih ini adalah nyanyian ayam jantan saat semesta hendak menjemput fajar.

Kendati mengandalkan insting, Thomas tak pernah keliru saat tubuh kurusnya beranjak dari tempat tidur sederhana menuju halaman depan. Usia boleh renta, namun ia tak menyerah bergelut dengan getirnya kehidupan.

Baca juga: Trauma ASF, Peternak Flores Timur Minta Babi Bantuan Dimusnahkan

 

Pria lanjut usia yang periang  itu menyambut kedatangan beberapa jurnalis dengan ramah, Sabtu pekan yang lalu. Lawakan khasnya mengundang gelak tawa menyilahkan para jurnalis  masuk lewat pintu yang dibuat dari dua daun lontar.

"Buka saja," sahut Thomas dari dalam gubuk reyot.

Mengenakan kaos bergerak putih biru dan sarung kusam cokelat, Thomas mengijinkan jurnalis menyentuh setiap sudut 'istana' kecilnya. Ia begitu sumringah. Topi hitam membungkus kepalanya yang beruban.

Saat malam tiba, kata Thomas, hanya mengandalkan pelita menerangi seisi gubuknya kendati beresiko terlahap api. Makan dan minum sehari-hariberharap dari sanak keluarga dan bantuan langsung tunai (BLT) desa p 300 ribu perbulan.

Baca juga: Hal yang Perlu Diketahui Tentang Semana Santa Larantuka, Wisata Religi yang Unik di Flores Timur NTT

"Takut juga. Tapi mau bagaimana lagi. Kita harus kuat, no," ujarnya dalam dielak bahasa daerah yang diterjemahkan Fan Lawerang, jurnalis Metro TV.

Keadaaan  fisik Thomas tidak memungkinkan untuk bekerja layaknya pekerja usia produktif. Ia sulit mencari selembar rupiah karena bola matanya buta. Pria lajang itu terpaksa bertahan hidup lewat kemurahan hati warga Kampung Lewokoli khususnya keluarga dekat.

"Morit Goe maka pi no, tidak jadi  masalah. Mau susah juga tahan saja," tuturnya sambil cekikikan.

Sekitar empat jengkal dari tempat tidurnya, terlihat sebuah periuk hitam dengan tutupan yang sedang bergerak akibat gelembung uap panas. Ia menanak nasi dengan tungku kayu api.

Baca juga: Kunjungi Rutan Larantuka, Kakanwil Marciana Tinjau Kesiapan Pembangunan ZI dan Pelayanan Publik

Thomas menggapai dua belahan bambu yang panjangnya 30 centimeter. Bambu itu dijadikan wadah menyimpan air minum yang ditadah dari tetesan air hujan.
 
"Saya rasa nyaman dan tidak terganggu. Pernah saya dibawa pulang ke rumah keluarga, tapi saya pulang lagi ke sini karena di sana saya tidak bebas," ceritanya.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved