Uskup Larantuka Imbau Kebiasaan Tak Membuang Sampah Plastik Sejak dari Rumah

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Ricko Wawo

TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA - Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong turut merasa prihatin dengan semakin tercemarnya limbah sampah plastik di lingkungan sekitar.

Sampah plastik telah mencemari lingkungan pada tingkat yang sudah sangat membahayakan menurut dia. Sampah plastik tak hanya ditemukan di darat. Di laut, limbah plastik juga banyak ditemukan di permukaan.

Suatu ketika Uskup Fransiskus sedang mandi di pantai Suster di Kota Larantuka dan tubuhnya justru terlilit sampah plastik yang dibuang dari darat ke laut dan kemudian terbawa arus.

Kisah ini dia ceritakan saat menjadi pembicara dalam sarasehan bertema ‘Solusi Untuk Sampah Plastik’ yang digelar Sekretariat Bersama (Sekber) LSM dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup di Aula Perpustakaan Daerah Kabupaten Lembata, Rabu, 21 Juni 2023.

Uskup Fransiskus menuturkan kebiasaan membuang sampah plastik pada tempatnya sudah harus ditanamkan sejak dari lingkungan keluarga di rumah dan di sekolah. Dia menyebutkan meski pemerintah sudah menyiapkan tempat-tempat sampah, banyak orang masih belum punya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.

Baca juga: Uskup Larantuka Umumkan Kepastian Prosesi Semana Santa di Akhir Januari

Sebagai pimpinan gereja lokal di wilayah Kabupaten Flores Timur dan Lembata, Uskup Fransiskus mengaku perlu bermitra dengan semua pihak untuk menuntaskan permasalahan sampah plastik. Oleh sebab itu, gereja Keuskupan Larantuka membangun kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga agama lainnya, dan pemerintah daerah guna menyuarakan suara-suara penyelematan alam.

Koordinator Sekretariat Bersama LSM Benediktus Bedil menjelaskan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup pada 5 Juni 2023, pihaknya menggelar sejumlah kegiatan bersama puluhan orang muda katolik (OMK) dan remaja masjid (remas) di Kabupaten Lembata dengan tema Solusi Untuk Sampah Plastik. Tema ini diangkat karena secara global sampah plastik sudah sangat mencemari lingkungan.

“Kita mulai dengan pilih sampah di pasar Pada dan Lamahora. Di beberapa titik ini kita kampanye tentang perubahan iklim yang disebabkan oleh sampah plastik juga. Lalu, kita coba latih teman teman OMK dan remaja masjid untuk kelola sampah menjadi lebih berguna,” papar Benediktus Bedil.

Selain itu, pihaknya juga membuka ruang diskusi antara petani dan penyuluh pertanian tentang pertanian cerdas iklim yang menolak penggunaan bahan-bahan kimia yang merusak tanah. Menurutnya pertanian cerdas iklim menjadi pilihan bersama antara pemerintah, LSM dan juga petani.

Pertanian harus mempertimbangkan keselarasan dengan alam. Oleh karena itu, salah satu hasil dari kegiatan sarasehan itu adalah rekomendasi kepada pemerintah daerah bahwa pertanian cerdas iklim adalah solusi adaptasi dan mitigasi di tengah situasi perubahan iklim yang semakin mengancam.

“Akan ada komitmen antara uskup, bupati dan Sekber LSM bahwa perlu ada kotak-kotak sampah di kapal laut dari Lembata, Adonara dan Larantuka, dan juga kotak sampah di sekolah-sekolah dan menutup untuk sementara pulau Awololong untuk konservasi,” pungkasnya.

Selama tiga hari, Sekretariat Bersama LSM di Lembata menggelar sejumlah kegiatan bersama anak muda. Mereka memberikan pelatihan yang dikemas dalam bentuk kemah kepada 90 orang kelompok muda (OMK dan Remaja Masjid) yang bertujuan untuk mengatasi masalah sampah di lingkungannya

Selain perubahan pola pikir dan perilaku terhadap sampah plastik, juga bagaimana sampah yang ada di rumah, dapat digunakan kembali dan menjadi bagian dari mengurangi sampah plastik.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News