Ahmad Yani Ceramah di STFK Ledalero

Pesan Pater Boumans ke Ahmad Yani di STFK Ledalero, “Pak Datang Secepatnya Sekali Lagi”

Kedatangan Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani menyampaikan ceramah kepada para imam dan frater pada 1965 di STFK Ledalero menyisahkan banyak kenangan.

Penulis: Egy Moa | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/EGINIUS MOÁ
Pengelola Museum Blikon Blewut IFTK Ledalero, Endi Paji memperlihatkan lukisan asli Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani, Kamis 21 September 2023. 

TRIBUNFLORES.COM,MAUMERE-Propaganda menyatukan tiga aliran politik, nasionalisme, agama dan komunis (Nasakom) oleh Presiden Soekarno di Jakarta mendatangkan kerisuaun sampai ke STFK Ledalero di Kabupaten Sikka, Pulau Flores. Demikain juga isu revolusi komunis menghadirkan ketakutan.

Dikutip dari otobiografi Pater Nicolaas Josef Bouman,SVD, Pekerja di Kebun-Nya, penyatuan ini (Nasakom), komunis akan merenggut habis dua aliran lain. Itulah bahayanya.

Kami menerima seorang tamu, tokoh yang berseberangan dengan komunis, Jenderal Ahmad Yani, Komandan AD yang datang atas nama Komandan Tertinggi AD. Perjalanan ini dianggap penuh bahaya di sana-sini terdapat banyak pembicaraan dengan security, Letnan Ola.

Di Ledalero ditentukan dan dikunjungi semua tempat yang akan dipakai. Jadwal kedatangan dan keberangkatan pesawat diatur termasuk siapa orang yang akan datang pada siang dan sore berangkat pulang. Ledalero dihiasi indah.

Baca juga: Frater Bosko Beding Melukis Wajah Jenderal Ahmad Yani pada Siang Hari 30 September 1965

 

 

Bagi kami, beliau orang yang dapat dipercayai dari visi kita. Namun, ada orang yang yakin bahwa rivalnya akan berusaha membunuh beliau dalam perjalanan ini.

Ledalero menantikan sekitar 50 orang yang juga akan santap siang di sini, para jenderal dan menteri. Ruang Filosofen disiapkan bagi para pendengar ceramahnya yang berjumlah sekitar 300 orang.

Demi security selalu ada perubahan ‘last minute’. Tiga pesawat datang terlambat, Yang Mulia (sebutan untuk tokoh setingkat menteri) bersama rombongan datang sekitar 10 menit sebelum pukul 12.00 Wita.

Brigadir jenderal, perwira tinggi, komandan militer seluruh Flores berseliweran di Ledalero. Di Pendopo ada penerimaan singkat, namun hangat. Pater Verhoeven menerangkan hal-hal di dalam museum sewaktu kunjungan ke museum. Banyak orang sudah memenuhi kelas filosofen.

Baca juga: Hari ini 58 Tahun Lalu Jenderal Ahmad Yani Ceramah di STFK Ledalero

Letnan Ola berjaga di pohon mangga. Seluruh wilayah Ledalero yang mengarah ke pantai sejak pagi sudah di-screening oleh militer dan dijaga di setiap pos keamanan yang dilengkapi dengan radio-radio. Pers tentara membuat film.

Pidato Pak Yani berlangsung satu jam. Sangat memikat. Orangnya sederhana, menarik, penuh percaya diri. Banyak melawak juga dalam Bahasa Belanda. Timbul hubungan personal dalam hati dengan orang itu.

Dari kelas filosofen, perjalanan diteruskan via teologikum di mana Pak Yani berdiri sedikit lama di jendela aula di sudut yang mengarah ke Kampung Guru dan Maumere, lewat novisiat. Di situ sudah ada ’dinner’ yang disediakan dengan baik. Pujian untuk Om Roni di dapur.

Perkumpulan makan ala keluarga. P. Bouma duduk di sebelah kanan Pak Yani, saya disebelah kiri. "Pasti semua suka dengar situasi di dalam negara", kata Pak Yani.

Baca juga: Kisah Lopes, Warga Maumere yang Setia Gendong Anaknya Ikut Posyandu

Saya katakan: "Pak, awan tebal sudah menggantung di langit atas, topan sudah di ambang pintu. Beliau menjawab, "Dalam waktu singkat, namun kami akan menang. ."Waktu berangkat, P. Bouma dan saya mengantar Pak Yani ke jeepnya. Motor sudah hidup dan P. Bouman masih sempat meminta Pak  Yani: "Pak datang secepatnya lagi sekali". Beliau menjawab: "Pasti".

Pada pukul 15.00 Wita ketiga pesawat sudah mengangkasa. Kepada para tamu diberikan satu sampul yang berisi foto-foto, statistik tentang jumlah frater-frater Ledalero dan Ritapiret dan pidato Pater Rektor sebagai ucapan "selamat datang".

“Tanggal 30 September 1965 di Jakarta pemerintah dijatuhkan dan diambil alih oleh Dewan Revolusioner", demikian siaran radio.

Tanggal 1 Oktober 1965 pesta emas (50 tahun) imamat P. Grotmann di Nelle. Kendati masih bersuasana pesta, tetapi perasaan tak tenang. "Apa yang telah terjadi di Jakarta?"

Baca juga: Dugaan Kasus Pelecehan, Kasat Lantas Polres Sikka Tunggu Mediasi, Keluarga Korban Lanjutkan Perkara

Pemerintah sudah dijatuhkan dan dari para tamu yang bertandang ke Ledalero, beberapa orang sudah dibunuh antara lain Pak Yani sendiri. Perasaan duka meliputi kami.

Pada tanggal 4 Oktober 1965 para pastor berkumpul di Ledalero untuk berekoleksi dan merayakan pesta emas imamat P. Grotmann dan perak imamat P. Nieuwendijk dan Loeters. Pada malamnya dibuat upacara sabda". Pukul 21.00 Wita dari Jakarta diberitahukan bahwa mayat para jenderal yang diculik sudah didapat dan telah dirusakkan, sehingga hampir tak dikenal lagi.

Pada malam itu juga, pater rektor bersidang dengan yang berkepentingan. Diputuskan rektor bahwa pesta ditiadakan dan hanya misa agung yang disusul conveniat-recollecti biasa bagi para pastor.

Putusan itu diberitahukan oleh pater magister di Kapela Novisiat dan oleh rektor di kapela besar pada waktu doa pagi.

Hari duka nasional menggantikan hari pesta. Perkembangan lebih lanjut masih gelap dan tak pasti. Sudah mulai menyusul pembunuhan dan pembersihan yang tak terhitung jumlahnya. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved