Otoritas Jasa Keuangan

Kemiskinan di NTT Disumbang Upacara Pernikahan, Kematian dan Belanja BLT Tidak Tepat

Seminar Fiskal dan Ekonomi NTT yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan Provinsi NTT membeberkan berbagai soal kontribusi kemiskinan di NTT.

Editor: Egy Moa
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA 
Seminar Fiskal dan Ekonomi Regional Tahun 2023 Provinsi NTT di Aula Lantai 6 Gedung Keuangan Negara Provinsi NTT, Rabu 25 September 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG-Kepala OJK NTT, Japarmen Manalu mengungkapkan penyebab tingginya angka kemiskinan di NTT dalam Seminar Fiskal dan Ekonomi Regional Tahun 2023 Provinsi NTT di Aula Lantai 6 Gedung Keuangan Negara Provinsi NTT pada Rabu, 27 September 2023.

Salah satu poin isu menyumbang tingginya angka kemiskinan di NTT adalah masyarakat penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di NTT masih banyak menggunakan dana untuk pembelanjaan barang yang tidak bermanfaat seperti rokok dan sebagainya.

Tingginya biaya kebutuhan adat antara lain pernikahan (belis/mahar) dan upacara kematian serta penyaluran BNPT yang tidak tepat kepada rumah tangga dengan pendapatan di atas garis kemiskinan juga menjadi penyebab tingginya angka kemiskinan.

Selain kedua isu tersebut, ia juga mengungkapkan beberapa poin lainnya. Pada 2022, proporsi pekerja informal di NTT sebesar 75,24 persen dengan penduduk bekerja terbesar di sektor pertanian 49,36 persen.

Baca juga: Kredit Konsumtif Kuasai Pasar Perbankan NTT, Masyarakat Belum Terbiasa Menabung 

Sektor pertanian di NTT tumbuh 3,77 persen di tahun 2022 dan masih menjadi sektor dengan porsi PDRB terbesar 29,97 persen di TW I 2023. Sektor pertanian tumbuh positif dan sebagian besar pekerja adalah petani, namun kemiskinan masih tinggi.

Meski demikian, nilai tukar petani (NTP) yang masih di bawah 100 menunjukkan daya jual hasil pertanian di NTT kurang dari daya beli petani untuk kebutuhan konsumsi.

Sektor Pertanian di NTT juga dihadapkan dengan ancaman kekeringan pada periode Juni-Juli memasuki musim kemarau, ditandai dengan curah hujan rendah pada mayoritas wilayah, dengan risiko fenomena El Nino yang meningkat pada Semester II 2023.

Tidak hanya pola hidup dan kondisi wilayah NTT yang menyebabkan tingginya angka kemiskinan ini, disparitas Indeks pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat pendidikan rendah juga menjadi penyebabnya.

Baca juga: Usung Tagline, Jangan Mencuri, Orias Petrus Moedak Perkenalkan Diri di Sumba

Rata-rata lama sekolah masyarakat NTT berangsur meningkat namun masih di bawah angka nasional yaitu 8,69 tahun. IPM mengalami tren peningkatan, namun terdapat disparitas antara kota dan kabupaten.*

sumber: pos-kupang.com 


 
 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved