KSP Kopdit Pintu Air

Jakobus Jano : KSP Kopdit Pintu Air Hadir Beri Edukasi Sekolah Kehidupan

Di usia 28 tahun KSP Kopdit Pintu Air Rotat Indonesia semakin mengembangkan sayapnya ke seluruh penjuru tanah air dengan aset sebesar Rp 1.9 triliun.

Editor: Hilarius Ninu
POS-KUPANG.COM/HO-IST
Podcast - Ketua KSP Kopdit Pintu Air Rotat Indonesia, Jakobus Jano dan host jurnalis Pos Kupang, Ella Uzurasi.    

Untuk dana Solduta sendiri, ketika anggota meninggal, Jakobus meminta agar keluarga atau tetangga segera memberi informasi kepada pihak KSP Kopdit Pintu Air sehingga bisa diproses secepatnya. 

KSP Kopdit Pintu Air tidak hanya hadir dan memberikan dana Solduta tetapi juga menjadi kewajiban untuk mendoakan anggota yang meninggal karena menurut Jakobus, perhatian yang diberikan oleh KSP Kopdit Pintu Air kepada anggota tidak hanya berupa materi tetapi juga dukungan doa bagi anggota. 

Dua program ini, kata Jakobus, dihadirkan untuk menjawab kebutuhan dasar manusia. 

"Untuk manusia kebutuhan pertama soal kesehatan. Yang kedua, mati itu pasti. Kalau kita hidup kita tidak tahu kapan matinya tetapi bagi kita, sudah mengasuransikan secara kekeluargaan jadi saya kira itu yang kita rasa sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang hidup," ungkapnya. 

KSP Kopdit Pintu Air Rotat Indonesia sendiri, kata Jakobus, tidak membedakan anggota berdasarkan suku, agama, ras atau kedudukan sosial dalam masyarakat tetapi semua diajak dan diberi ruang yang baik untuk saling memberi.

"Istilahnya Pintu Air hadir untuk memberikan suatu pendidikan edukasi sekolah kehidupan seperti kemarin kita terima penghargaan Pos Kupang Award Peduli Stunting," kata Jakobus.

Dalam penghargaan Pos Kupang Award Peduli Stunting yang digelar Senin, 02/10/2023, KSP Kopdit Pintu Air mendapatkan penghargaan sebagai Lembaga Keuangan Penggerak Edukasi Pola Hidup Masyarakat.

Terkait hal ini Jakobus mengatakan sebenarnya pihaknya juga tidak menyadari apa yang dilakukan selama ini bisa membuat KSP Kopdit Pintu Air menjadi bagian dari mereka yang mendapatkan penghargaan. 

"Padahal kita kerja selama ini tidak berpikir demikian karena kita tidak memberikan mereka asupan secara langsung tetapi kami mendidik mereka untuk bagaimana cara mengelola keuangan, dengan keuangan itu terbentuklah UKM lalu terbentuklah mereka punya keterampilan seperti buat tenunan, banyak hal yang mereka lakukan kami selalu dampingi," kata Jakobus. 

"Jadi memang dana di lembaga kan sudah ada tinggal bagaimana mereka menggunakan dana ini untuk ekonomi kreatif jadi itu banyak yang terbantu untuk stunting jadi istilahnya karakternya terbentuk dulu," lanjutnya. 

Menurut dia, salah satu penyebab terjadinya stunting adalah karena pemahaman, pola pikir dan pengelolaan ekonominya belum benar sehingga masyarakat perlu diberi edukasi untuk mengelola keuangan dengan baik agar kebutuhan anak bisa tercukupi dan angka stunting bisa ditekan.(uzu)

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved