Berita Flores Timur

Muda Tuan, Ritual Memandikan Patung Bayi Yesus di Kapela Tuan Meninu Larantuka

Umat katolik di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT, selalu menantikan ritual 'Mandi Tuan

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Kapela Tuan Meninu di Kota Rowido, Kelurahan Sarotari, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur. 

Atribut-atribut itu menjadi benda religius katolik sesuai dengan ajaran para misionaris barat masa silam, selain patung Tuan Ma (Bunda Maria) yang punya hikayat panjang yang dikenal dunia dengan tradisi Semana Santa atau Hari Bae Nagi.

"Mandi Tuan sudah ada sejak nenek moyang dan hanya ada di Kapela Tuan Meninu," katanya di atas tempat duduk sederhana di halaman rumahnya.

Petrus menerangkan, setelah suku Nalele menjalankan kewajibannya memetik buah kelapa hijau, Patung Bayi Yesus kemudian dimandikan oleh sejumlah perempuan lanjut usia (lansia).

Sekitar enam sampai delapan orang yang bertugas membasuh patung sakral. Air kelapa hijau itu akan dibagikan kepada umat katolik di Larantuka, termasuk peziarah atau wisatawan luar daerah.

"Iya, ada kelompok yang terdiri dari mama-mama tua (lansia). Tidak boleh anak muda," tutur Petrus.

Selama memandikan bayi Yesus, pintu Kapela Tuan Meninu akan ditutup serapat mungkin dengan 'Sempirang' yang bahannya dari tripleks. Sebab Mandi Tuan bukan tontonan manusia dengan mata telanjang.

"Nanti pakai sempirang, itu macam sekat dari tripleks. Orang-orang tidak boleh masuk ke dalam dan nonton, tunggu sampai selesai," jelasnya.

Umat diperbolehkan berdiri di luar kapela, dan biasanya berjejer sepanjang gerbang yang mengarah ke Taman Doa Tuan Meninu, tempat Patung Yesus Tersalib dalam peti kecil hitam diarak dengan perahu saat prosesi laut.

Mereka selalu mengantri air kelapa usai ritual untuk dijadikan berkat. Menurut Petrus, banyak mujizat yang terjadi, semisal mengantar anak lulus pekerjaan dan menyembuhkan orang sakit.

Kesaksian Mandikan Patung Sakral

Saking sakral serta punya pantangan, mulut perempuan lansia yang memandikan patung Bayi Yesus seolah terkunci. Salah satunya, Perpetua Klara Diaz. Perempuan 74 tahun ini sudah dua periode menjalan tugas mulia itu.

Perpetua menjalankan tugas pertama tahun 2007-2009, kemudian lanjut pada tahun 2017-2019. Tak ada satu kata yang keluar dari bibirnya soal pengalamannya memandikan bayi penebus dosa.

"Saya tidak bisa cerita, karena itu pemali. Nanti kami bisa dapat musibah, itu sudah berlaku sejak jaman leluhur," katanya saat duduk di depan rumah turuan kelima Qinta Besa.

Waktu itu, katanya, dia bersama tujuh ibu-ibu seusianya yang bertugas dalam Kapela Tuan Meninu. Ia membasuh bayi Yesus dengan lembut sembari melantunkan doa dan ujud khusus dalam hati kecilnya.

"Kami pake kaos tangan saat mandikan Tuan. Waktunya (durasi memandikan) sekitar satu jam lebih. Itu saja, yang lainnya saya tidak bisa sebutkan karena rahasia kami," pungkasnya.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved