Korban Meriam Bambu di Ngada

Sempat Lukai Seorang Bocah di Ngada, NTT, Simak Sejarah Singkat Permainan Meriam Bambu

Permainan meriam (bunyi-bunyian) tradisional ini familiar di tengah masyarakat dikarenakan cara pembuatannya

Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/HO-TRIBUN PALU
Ilustrasi Permainan Meriam Bambu. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Seorang bocah berusia 10 tahun asal Ngada NTT, dilaporkan mengalami luka bakar akibat terkena ledakan meriam bambu.

Bocah tersebut diceritakan awalnya memainkan meriam bambu, namun karena kesalahan teknis dirinya terluka akibat ledakan meriam bambu.

Mendengar nama meriam bambu tentunya tidak asing lagi bagi sahabat Tribuners sekalian.

Dimana salah satu permainan tradisional yang cukup beresiko ini telah ada berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Baca juga: Permainan Meriam Bambu Marak di Ngada Sudah Ada Satu Korban Bocah 10 Tahun

 

Permainan meriam (bunyi-bunyian) tradisional ini familiar di tengah masyarakat dikarenakan cara pembuatannya yang mudah, mengandalkan bahan-bahan tradisional yang mudah didapat.

Sejarah Meriam Bambu

Melansir Wikipedia pada 26 Desember 2023, permainan meriam bambu diperkirakan terinspirasi dari senjata yang dipakai oleh bangsa portugis saat mereka berupaya menduduki wilayah nusantara pada abad ke–16.

Merujuk pada kisah asal-usulnya tersebut, permainan Meriam bambu atau bedil bambu diwujudkan dalam bentuk "meriam" yang dibuat dari bahan bambu.

Cara memainkannya pun nyaris sama dengan penggunaan meriam sungguhan, yakni dengan menyulut lubang yang ada di bagian pangkal bambu dengan api.

Permainan Meriam bambu ini sangat digemari oleh anak-anak dan kaum remaja laki-laki di banyak daerah di Indonesia. Tidak jarang sekumpulan anak laki-laki berlomba–lomba membunyikan meriam bambu.

Barang siapa yang berhasil menghasilkan suara ledakan paling keras, itulah yang diakui sebagai jagonya meriam bambu. Tidak jarang, lantaran terlalu kerasnya suara dentuman yang ditimbulkan, Meriam bambu bisa pecah dan terbelah menjadi dua bagian.

Pada prinsipnya, permainan meriam bambu sebenarnya bukan tergolong dalam permainan yang bersifat kompetisi, melainkan hanya hiburan semata.

Tidak hanya itu, permainan Meriam bambu sudah menjadi tradisi yang secara turun – temurun dimainkan secara rutin, Di tanah Minangkabau yang menjadi salah satu pusat peradaban melayu, memiliki tradisi membunyikan meriam bambu ketika bulan puasa tiba.

Para remaja di Sumatra barat membunyikan Meriam bambu, yang oleh masyarakat disana lebih dikenal dengan sebutan meriam betung, setiap petang hari sembari menunggu waktu buka puasa tiba.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved