Berita Ngada

Di Tengah Harum Kopi Bajawa, Terselip Kekhawatiran akan Masa Depannya

Kabupaten Ngada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, sejak lama dikenal sebagai salah satu penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia

Penulis: Charles Abar | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/CHARLES ABAR
SOSOK-Mario, UMKM Lekosoro Coffe Bajawa, saat menyeduh kopi, Senin 27 Oktober 2025. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Charles Abar

TRIBUNFLORES.COM, BAJAWA – Kabupaten Ngada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, sejak lama dikenal sebagai salah satu penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia. Cita rasa Kopi Arabika Bajawa telah memikat lidah para penikmat kopi, baik dari dalam maupun luar negeri.

Namun di balik popularitas dan aromanya yang khas, tersimpan kekhawatiran tentang keberlanjutan komoditas unggulan daerah ini.

Kekhawatiran itu disampaikan oleh Mario, pelaku UMKM dan barista di Lekosoro Coffee Shop Bajawa. Ia menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir produktivitas kopi di Ngada mengalami penurunan yang cukup signifikan.

 

Baca juga: Bupati Ngada Letakkan Batu Pertama Pembangunan Broncaptering di Desa Sangadeto

 

“Banyak petani yang meninggalkan ribuan pohon kopi mereka dan beralih menanam hortikultura,” ujar Mario kepada TribunFlores.com, Senin  (27/10/2025).

Menurutnya, ada dua alasan utama yang membuat petani enggan merawat kopi, meskipun komoditas ini bernilai tinggi dan memiliki potensi ekonomi besar.

Pertama, banyak tanaman kopi di Ngada sudah berumur tua dan membutuhkan peremajaan, yang memakan biaya serta waktu cukup lama.

Kedua, tekanan ekonomi membuat sebagian petani memilih tanaman hortikultura yang bisa memberi penghasilan cepat.

“Kopi memang butuh waktu lama, panennya setahun sekali. Itu yang sering jadi alasan petani beralih ke tanaman lain,” ungkap Mario.

Fenomena ini membuat Mario cemas akan masa depan kopi Bajawa. Ia khawatir, tanpa langkah nyata dari semua pihak, terutama pemerintah daerah, kopi Bajawa hanya akan menjadi kenangan dalam waktu 10–15 tahun mendatang.

“Saya takut kopi Bajawa hanya tinggal nama di masa depan,” ujarnya.

Mario berharap pemerintah dapat melakukan intervensi lewat program pendampingan dan keberlanjutan pertanian kopi, agar para petani kembali yakin menanam dan merawat komoditas yang telah menjadi identitas daerah tersebut.

Lekosoro Coffee, Etalase Kopi Bajawa

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved