Lapas Ende

Cerita Pegawai Lapas Ende Jadi Anggota KPPS di TPS Khusus Lapas, Tidak Ada Kampanye Caleg

Ahmad dan Polce, dua dari tujuh pegawai Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Ende dipercayakan menjadi KPPS di TPS Khusus 091

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/ALBERT AQUINALDO
KPPS - Ahmad dan Polce, pegawai Lapas Ende yang dipercayakan menjadi anggota KPPS di TPS Khusus Lapas Ende. 


"Jadi kita harus tunggu dulu, kita mau hubungi pihak keluarganya juga sulit karena ada yang tidak punya handphone jadi kita harus menunggu mereka bersurat dulu sehingga ada beberapa yang kita tunggu sampai satu dua bulan dulu baru datang dan kita lakukan pendataan," tutur Ahmad.


Untuk hak suara, lanjut Ahmad, tidak semua warga binaan berhak mendapatkan lima surat suara karena warga binaan Lapas Ende berasal dari berbagai daerah di Flores bahkan ada yang berasal dari luar Provinsi Nusa Tenggara Timur.


Sehingga ada warga binaan yang hanya mendapat satu surat suara yakni Surat Suara untuk capres dan cawapres dan ada beberapa warga binaan yang hanya mendapatkan empat surat suara minus surat suara DPRD kabupaten/kota karena berasal dari luar Kabupaten Ende.


Tidak Ada Kampanye Caleg di Lapas


Diakui Ahmad dan Polce, banyak warga binaan yang kebingungan memilih wakil rakyat baik DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota karena selama masa kampanye, tidak ada Caleg yang datang melakukan kampanye atau sosialisasi di lingkungan Lapas Ende.


"Kalau capres cawapres dan DPD itu mudah karena ada gambar kalau yang DPR dan DPRD ini yang mereka (red: warga binaan) kebingungan dan bahkan ada beberapa warga binaan yang tidak coblos DPR dan DPRD karena tidak ada gambar dan namanya juga mereka tidak kenal," ujar Ahmad.


Diungkapkan Ahmad, selama masa kampanye para caleg baik DPR RI, DPRD Provinsi NTT dan DPRD Kabupaten Ende tidak ada satupun caleg yang datang berkampanye padahal diberikan ruang untuk melakukan kampanye atau sosialisasi yang tentunya harus mengikuti prosedur seperti ijin ke pihak Lapas Ende.


"Bukan kita melarang tapi mereka tidak pernah datang hubungi kami dan mohon ijin. Prosedurnya kan mereka harus datang ijin kepada Ka Lapas untuk melakukan sosialisasi supaya warga binaan kami tidak bingung pada saat mencoblos ditambah lagi pemilu sekarang ini hanya nama Caleg tidak disertai dengan foto makanya warga binaan kami bingung apalagi dengan jumlah caleg banyak," ungkap Ahmad dan Polce.


Untuk penghitungan suara, Ahmad dan Polce mengaku tidak mengalami kendala berarti meskipun proses penghitungan suara baru bisa diselesaikan pada Kamis, 15 Februari 2024 pukul 05.00 Wita.


Tingkat Kesulitan


Sebagai pegawai Lapas Ende yang sudah berpengalaman menjadi anggota KPPS di TPS Khusus Lapas Ende, baik Ahmad maupun Polce memiliki pengakuan yang berbeda.


Ahmad yang selaku Ketua KPPS di TPS Khusus Lapas Ende yang sudah dua pemilu sebelumnya menjadi anggota KPPS mengaku Pemilu 2024 dinilai paling sulit jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.


"Kalau pemilu sebelumnya aturannya tidak seperti ini, kalau sebelumnya untuk rekrut anggota KPPS gampang, tinggal catat nama terus saya lapor ke PPS kelurahan kalau sekarang harus lamaran dulu, penuhi semua syarat-syarat dulu," ujar Ahmad.


Berbeda dengan Polce yang menilai pemilu kali ini lebih gampang karena dimudahkan dengan teknologi komunikasi yang semakin maju sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tugas sebagai KPPS. 


"Kalau sebelumnya itukan belum secanggih ini dan kita harus buat surat dulu antar kesana jadi harus bolak balik, kalau sebelumnya itu saya pertama kali jadi KPPS jadi masih baru jadi saya rasa sulit," tandas Polce.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved