Hama Pisang di Ende

Atasi Penyakit Pisang di Ende, Vinsen Sangu : Pemkab Komunikasi Dengan Kementan RI

Di Kecamatan Nangapenda dan Kecamatan Wewaria, sekitar 8 ribuan rumpun pohon pisang terserang penyakit darah pisang

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/HO-IST
PENYAKIT - Penyakit darah pisang yang menyerang tanaman pisang masyarakat petani di Kabupaten Ende. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo


TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Tanaman pisang di 16 kecamatan di Kabupaten Ende terserang penyakit darah pisang dan yang paling parah terjadi di tiga kecamatan yakni Kecamatan Nangapenda, Kecamatan Maukaro dan Kecamatan Wewaria.


Di Kecamatan Nangapenda dan Kecamatan Wewaria, sekitar 8 ribuan rumpun pohon pisang terserang penyakit darah pisang sedangkan di Kecamatan Maukaro sekitar 10 ribu lebih rumpun pisang yang sudah terserang penyakit darah pisang.
 
Kondisi ini diungkapkan Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Gadir H.Ibrahim Dean kepada TribunFlores.com, Selasa, 30 April 2024 di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Ende. 


"Penyakit darah pisang ini dia tidak ada obat, penyebabnya adalah bakteri layu bukan hama tapi ini penyakit yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata, cara atasinya dengan cara pencegahan dengan pengendaliannya," ujar Gadir H.Ibrahim Dean.

 

 

Baca juga: Jelang Pilkada 2024, KPU Ende Buka Pendaftaran Calon PPS

 

 

 


Penyakit darah pisang, jelas Gadir Dean, disebabkan oleh serangga atau alat pertanian yang tidak steril.


"Petani kita kan kalau orang datang beli pisang kan cenderung disuruh 
orang potong sendiri, pembelinya dari mana, dia bawa datang alat potong dari mana kan kita tidak tahu maka terjadi penyebaran penyakit ini," ungkap Gadir Dean.


Dikatakan Gadir Dean, penyakit darah pisang merupakan penyakit lama yang penyebaran berasal dari arah barat Kabupaten Ende mulai dari Manggarai Barat.


Pengendalian Penyakit Darah Pisang


Untuk mengatasi penyakit darah pisang yang menyebar masif di 16 kecamatan di Kabupaten Ende, Gadir Dean meminta seluruh PPL, pengamat hama dan balai pengendalian diinstruksikan untuk melakukan penulusuran lokasi-lokasi yang terjadi penyebaran penyakit darah pisang dan melakukan pencegahan serta pengendalian.

 

 

Baca juga: Pengendara Tanpa Helm Nekat Masuk Kantor Polres Flores Timur, Polisi: Harus Pakai

 


"Harapan kita petani segera melaporkan ke petugas saya para PPL di desa BPPP 
Kecamatan dan pengamat hama yang ada di lapangan untuk segera kita lakukan pencegahan dan pengendalian karena dia tidak bisa disemprot, dia hanya bisa dilakukan dengan cara pengasapan," jelas Gadir Dean.


Berdasarkan hasil pantauan petugas lapangan Dinas Pertanian Kabupaten Ende, pisang yang terserang penyakit darah pisang rata-rata pisang yang tumbuh di sepanjang ruas jalan 
utama yang sering dilewati kendaraan ekspedisi atau kendaraan yang sering membeli pisang masyarakat.


Atas kondisi itu, rekomendasi Dinas Pertanian Kabupaten Ende yakni masyarakat dilarang mengkonsumsi pisang yang sudah terserang penyakit darah pisang bahkan dilarang untuk diberikan kepada hewan ternak karena akan berakibat buruk pada kesehatan manusia maupun hewan ternak.


Petani Merugi Jutaan Rupiah


Serangan penyakit darah pisang di 16 kecamatan di Kabupaten Ende menyebabkan petani atau masyarakat yang memiliki pohon pisang merugi hingga jutaan rupiah.

 

Baca juga: Bacaan-bacaan Liturgi Sabtu 4 Mei 2024, Hari Sabtu Imam

 


Wilhelmus Mali, salah satu petani di Desa Neotonda, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende mengaku, ratusan rumpun pisang yang tumbuh di lahan miliknya yang luasnya kurang lebih satu hektar, sebagian besarnya sudah terserang penyakit darah pisang.


"Dia punya batang kelihatannya sehat tapi pas kita potong dan kita lihat buahnya itu rusak, saya punya di satu kebun ini hampir kena semua," jelas Wilhelmus.


Sebelumnya, Wilhelmus mengaku kerap menjual pisang-pisang tersebut ke para pembeli pisang yang datang ke kebunnya.


Terakhir sebelum terkena penyakit darah pisang, dia mengaku menjual sebanyak 20 tandan pisang dengan harga Rp 50/tandan.

 

Baca juga: BMKG Sebut Sejumlah Wilayah di Manggarai dan Manggarai Timur Hujan Hari Ini

 


Dia mengaku, dalam kurun waktu empat tahun terkahir dia sudah menjual pisang-pisang tersebut sebanyak empat kali dan memperoleh penghasilan tambahan jutaan rupiah.


"Penyakit darah pisang ini sangat berpengaruh ke kami karena kita ini selain untuk jual kita juga biasa untuk kasih makan hewan ternak seperti sapi dan babi jadi kita tidak mungkin kasih makan mereka lagi pakai batang pisang karena kita juga takut," ungkap 
Wilhelmus.


Selain merugi secara material, Wilhelmus juga harus terpaksa menebang seperempat pohon 
pisang di kebunnya yang sudah terserang penyakit darah pisang.


Dia berharap Dinas Pertanian Kabupaten Ende segera melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit yang juga turut mematikan ekonomi sebagian masyarakat Kabupaten Ende itu.


Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Gadir Dean mengaku penyakit darah pisang sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani atau masyarakat yang memiliki tanaman 
pisang.


"Sangat berpengaruh sekali karena hampir setiap Minggu itu kendaraan-kendaraan besar 
yang menuju ke Surabaya melalui jalur laut dengan membawa pisang-pisang dari Ende ini berkurang karena terjadinya penurunan produksi pisang karena pisang ini gagal panen," 
ujar Gadir Dean.


Penyakit Darah Pisang di Wewaria Meresahkan Warga


Yanuarius Mari, Camat Wewaria membenarkan wilayahnya menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Ende yang tanaman pisangnya terserang penyakit darah pisang bahkan kondisinya sudah sangat meresahkan petani dan masyarakat yang memiliki tanaman pisang.


Dikatakan Yanurius, tanaman pisang yang tersebar di 22 desa di Kecamatan Wewaria sudah terpapar penyakit darah pisang. 


"Kondisi ini memang sudah terkena di hampir sekian desa yang ada di Wewaria, memang dari Dinas Pertanian sudah langsung ke Kecamatan Wewaria kita juga hadirkan para kepala desa dan teman-teman dari Dinas Pertanian juga sudah melakukan sosialisasi terkait dengan penyakit darah pisang," jelas Yanuarius. 


Pada kesempatan itu, Yanuarius mengatakan para kepala desa dan masyarakat yang sempat hadir sempat menyaksikan demontrasi pengendalian penyakit pisang dan hal ini menurut dia agar para kepala desa dan masyarakat yang hadir bisa mensosialisasikan ke masyarakat luas di 22 desa yang ada di Kecamatan Wewaria. 


Diakui Yanuarius, penyakit darah pisang yang menyerang tanaman pisang di wilayahnya sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan dan kondisi ekonomi masyarakat. 


Jumlah tandan pisang yang keluar dari Kecamatan Wewaria, kata dia kurang lebih mencapai 10 ton perbulannya. Jika dikalikan dengan harga saat ini yakni Rp 50.000/tandan, maka petani dan masyarakat Kecamatan Wewaria yang kerap menjual pisang sudah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. 


Jumlah Pengiriman Pisang ke Surabaya Menurun


Manajemen PT Mukti Raya Sukses, salah satu perusahaan ekspedisi di Kota Surabaya yang berhasil dihubungi TribunFlores.com, Jumat, 3 Mei 2024 mengaku dengan adanya serangan penyakit darah pisang di wilayah Pulau Flores termasuk di Kabupaten Ende, jumlah pengiriman pisang menurun.


Hal itu disampaikan Uci, operasional  PT Mukti Raya Sukses Surabaya.


"Selain pisang, komoditi kita yang dari NTT itu tidak melulu pisang, masih banyak yang lain tapi setidaknya berpengaruh pun tidak terlalu, hanya saja untuk ketersediaan pangan khususnya wilayah Jawa Timur juga sedikit berpengaruh khusus untuk pisang," jelas Uci.


Komunikasikan Dengan Kementan RI


Anggota DPRD Kabupaten Ende dari Fraksi PDI Perjuangan, Vinsen Sangu mendesak Pemerintah Kabupaten Ende untuk segera mengambil langkah solutif dan mampu memberikan jawaban untuk mengatasi serangan penyakit darah pisang yang sudah tersebar di 16 kecamatan di Kabupaten Ende. 


"Karena kita sadar betul bahwa pisang itu menjadi salah satu jenis makanan bagi petani kita dan menjadi salah satu sektor usaha komoditi pertanian baik diperdagangkan di dalam pulau maupun antar pulau, tentu ini sangat berdampak terhadap aspek ikutannya sektor ekonomi rakyat," ujar Vinsen Sangu.


Politisi PDI Perjuangan ini menegaskan, kalau memang kesiapan tenaga ahli untuk menangani penyakit jenis ini sangat terbatas di Kabupaten Ende maka disarankan Pemerintah Kabupaten Ende harus segera memikirkan langkah inovasi misalnya membangun kerja sama dengan Perguruan Tinggi (PT) baik di NTT atau Jawa yang memiliki kemampuan yang cukup mengatasi masalah penyakit darah pisang. 


Selain itu, dia juga menyarankan, Pemerintah Kabupaten Ende tidak hanya membuat laporan berjenjang tetapi harus membangun komunikasi dengan Kementerian Pertanian RI agar mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat.


"Maka masalah ini akan mudah sekali diatas dalam waktu singkat," tegas dia.


Kondisi ini dikuatirkan Vinsen akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan masyarakat konsumen di luar Pulau Flores terhadap pisang-pisang dari Flores termasuk Kabupaten Ende. 


 
 Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved