Kunjungan Paus Fransiskus

Tatapan Paus di Pendopo Ritapiret Selalu Diingat Mgr. Ewaldus

Kunjungan apostolik Paus Yohanes Paulus II ke Kota Maumere pada 35 tahun lalu menyimpan banyak nostalgia kepada umat yang mengalaminya.

|
Penulis: Egy Moa | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/DOK-BUKU DIA DATANG
RITAPIRET- Paus Yohanes Paulus II saat pagi hari 12 Oktober 1989 di Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret, Maumere, Flores, NTT. 

POS-KUPANG.COM, MAUMERE-Kehadiran Sri Paus Yohanes Paulus II, hari Rabu petang sampai Kamis pagi, tanggal 11-12 Oktober 1989 di Seminari St. Petrus Ritapiret di Kabupaten Sikka, Pulau Flores tak pernah lekang oleh waktu.

Seminari berlokasi di Desa Nita, Kecamatan Nita, 10 Km sebelah barat Kota Maumere menjadi bersejarah. Di tempat didik para calon pastor keuskupan itu, Paus menginap semalam.

Uskup Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu, semasa kunjungan itu masih menempuh pendidikan calon imam di Ritapiret. Cerita tentang kunjungan 35 tahun selalu dalam ingatan Mgr. Ewal, sapaannya.

“Kunjungan Paus terjadi ketika saya masih frater tingkat lima. Dipilihnya Seminari Ritapiret tentu dengan berbagai pertimbangan. Mungkin saja faktor intelijen untuk keamanan,”cerita Mgr.Ewal, dibagikan kepada pos-kupang.com, danTribunFlores.Com (grup Tribunnews), Jumat 3 Mei 2024 di Lepo Bispu, Istana Keuskupan Maumere di Jalan Wairklau, Kelurahan Madawat.

Baca juga: Jejak Kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada Oktober 1989 di Maumere Pulau Flores

 

Seminari Ritapiret menjadi Vatikan semalam, Rabu 11 Oktober 1989. Sebagian dari para frater yang sehari-hari menghuni di sana mengungsi beberapa malam ke Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero.

Frater Ewal, termasuk juga yang mengungsi. Hanya sekitar 70-an orang frater tetap berada di Ritapiret menjadi pelayanan selama kunjungan itu. Selebihnya pasukan tentara dan tamu rombongan Paus.

“Saat itu, baru kami mulai kenal ada istilah ring satu (pasukan pengaman). Ring dua dan ring tiga dan seterusnya untuk pengawalan para pembesar. Yang datang ini pemimpin umat Katolik sedunia, pengamanan super ketat,” kata Mgr.Ewal.

Frater Ewal, menjadi pengurus para frater ditugasi pimpinan mengurus prasasti Seminari Ritapiret supaya ditandatangani Paus.

Baca juga: Menemukan Mujizat dan Damai di Kamar Paus di Seminari St Petrus Ritapiret

Rencana semula, prasasti tersebut ditandatangani di Aula Santo Thomas Aquinas Ledalero pada Rabu malam dalam pertemuan para imam dan frater dengan Paus.

Memang, rencana penandatanganan prasasti itu sudah disampailkan kepada protokol. Prasasti juga diletakan di depan, sehingga ketika Paus lewat langsung menandatanganinya. Namun, hingga bubar pertemuan, prasasti itu tidak ditandatangani.

“Saya sebagai pengurus bersama teman pengurus Frater Alfons Mana dari Ledalero yang juga punya satu prasasti, pagi hari 12 Oktober 1989, kami ke Ritapiret. Sebelum Paus berangkat menuju Bandara Waioti (sebelum berganti nama menjadi Frans Seda), prasasti sudah ditandatangani,” kata Mgr. Ewal.

Menyandang tugas pengurus frater, Frater Ewal mendapat kemudahan masuk ke Pendopo Ritapiret membawa prasasti. Pagi hari itu, 12 Oktober 1989, Frater Ewal dan ratusan frater lainnya berjejer rapi dari halaman depan gedung kamar tidur Paus sampai di tangga Kapela Agung.

Baca juga: Tahun Yubelium 2025 di Kota Roma, Paus Fransiskus Serukan Inklusivitas & Umumkan Buka Pintu Suci

“Kami menunggu di pendopo. Ketika Paus keluar dari kamar tidur menuju Kapela Agung berdoa sejenak,” kisah Mgr. Ewal.

Semua frater, para pelayan, karyawan/karyawati seminari dan pasukan pengawal sudah berjejer rapi menanti Paus keluar dari kapela. Paus tofo-foto dengan semua yang melayani.

“Kami berdiri tepat di pintu keluar. Ketika Paus berjalan keluar menuju pendopo, saya dan teman dari Ledalero, Frater Alfons Mana, berdiri memegang prasasti. Paus menandatangani prasasti sebelum menumpang mobil menuju Bandara,” kenang Frater Ewal.

“Saat itu, saya berhadapan langsung dengan Paus. Dia angkat muka lihat kita senyum, kemudian tanda tangan. Paus berjubah putih, kalau tidak salah sepatunya warna hitam, kemudian solideo (zucchetto) warna putih. Itu peristiwa yang paling saya kenang,” Mgr. Ewal tersenyum mengenangnya semasa frater.

Baca juga: Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia, Panitia Ingatkan Umat Katolik Akses Informasi dari Situs Resmi

Paus memperhatikan sekeliling orang yang menyambutnya pada pagi itu. Dia sangat humble (rendah hati). Melambaikan tangan dan menjabat tangan semua, kemudian dengan mobil menuju Bandara.

“Saya bersyukur tahun 1989 sebagai frater sudah bertemu. Ketika telah ditahbiskan menjadi imam, periode 1997-2021 melanjutkan studi di Roma, bertempat tinggal di Colejo St. Petrus Vatikan, ada kemudahan. Kami teriak Maumere, Paus melambaikan tangan,“ ungkap Mgr.Ewal.

“Perjumpaan berlanjut pada Yubilieum tahun 2000 Universitas Pontifical Roma. Kami semua berkumpul. Di acara itu, saya bisa bertemu dengan Paus Yohanes,” imbuh Mgr.Ewal.

Prasasti yang ditandatangani Paus Yohanes ditempelkan pada dinding tembok Pendopo Seminari Tinggi St.Petrus Ritapiret. Setiap tamu yang berkunjung ke sana, bisa menemukannya dengan lukisan Paus Joannes Paulus yang terpampang pada bagian atasnya. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google New

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved