Berita Nagekeo

Harum Cengkeh dan Pala hingga Senyum Warga Mauponggo tak Seindah Jalan, Puluhan Tahun Menderita

Pohon-pohon Cengkeh terpampang rapi dengan sedikit semerbak ketika ketika melewati jalan desa dari Desa Mulakoli, Boawae.

|
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/HO-IK
JALAN RUSAK - Kondisi jalan rusak di Woloede dan Loadaolo di bawah kaki Gunung Berapi Ebulobo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Kamis 20 Juni 2024. 

Akses jalan ini membuat warga serasa naik kuda walaupun menggunakan kendaraan bermotor atau angkutan umum. Sebagian warga harus turun sejenak untuk membantu menarik kendaraan angkutan umum ketika hendak pulang dari pasar di kota kecamatan.

Yoseph menuturkan sudah 7 bupati sejak desa ini masih menjadi wilayah Kabupaten Ngada akses jalan tidak diperhatikan sama sekali oleh pemerintah daerah. Padahal sepanjang jalan melewati jalan ini pohon pala cengkeh kelapa bertebaran sepanjang jalan.

Aromanya masih kalah sama bau busuk janji para politisi buat warga di sini. Akses jalan yang tidak memadai membuat harga komoditi seperti pala cengkeh vanili kelapa pisang serta buah-buahan ditekan serendah mungkin oleh para pengepul dan tengkulak.

“Setiap pemilihan bupati atau dprd mereka datang ke sini tetap kami minta untuk bangun jalan tapi sampai hari ini sudah 7 bupati sampai hari ini jalan rusak terus bahkan semakin parah. Mereka hanya janji tapi hilang terus hingg hari ini,” ungkap mantan kepala desa 1970-an itu.

JALAN RUSAK - Kondisi jalan rusak di Woloede Nagekeo
JALAN RUSAK - Kondisi jalan rusak di Woloede dan Loadaolo di bawah kaki Gunung Berapi Ebulobo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Kamis 20 Juni 2024.

Harga Komoditi Turun

Jalan rusak berpengaruh pada harga komoditi perkebunan warga. Seperti pala harga pasaran di pulau jawa yang bisa mencapai 175 ribu tinggal hanya 80 ribu yang diterima warga karena akses jalan menjadi alasan buat para pengepul. Begitupun harga cengkeh yang hanya menjadi 50-an ribu per kilo gramnya walaupun punya kualitas bagus ketika musim panen tiba karena kendala akses jalan. Kondisi akses jalan yang terbengkalai membuat ekonomi warga tak kunjung membaik karena harga yang sangat ditekan.

Aroma kemiskinan dan kemelaratan membuat warga di bawah kaki Gunung Ebulobo banyak yang merantau ke luar pulau seperti Malaysia dan Kalimatan sebagai buruh di perkebunan sawit. Padahal produksi tanaman seperti cengkeh sekitar 4 desa di bawah kaki gunung eulobo bisa mencapai 40-50 puluhan ton sekali musim panen dan produksi pala bisa mencapai 200 san ton.

“ Mau bagaimana lagi, kalau tidak panen banyak anak muda pergi ke Malaysia dan Kalimantan jadi buruh sawit padahal di sini sangat kaya, tapi susah jalan ini. Jadi kami sakit hati sekali setiap datang itu mereka hanya janji-janji saja tapi kami tetap miskin susah terus. ” kata Yoseph.

Hal yang sama diungkapkan oleh Ali seorang petani yang memiliki satu hektar kebun pisang yang didalamnya terdapat pohon pala. Ia sangat menyayangkan karena harga komoditi seperti pala dan cengkeh sangat ditekan. Banyak warga terpaksa menjualanya kepada pengepul karena perbedaan harga yang tinggi harus membawanya ke kota kecamatan atau kabupaten, serta kebutuhan rumah tangga yang semakin mendesak serta urusan adat juga anak sekolah.

“Saya mau jual pisang terpaksa pakai oto (mobil) kecil pick up yang masuk oto besar (truck) susah mau masuk langsung beli di sini jaln begini, sehingga pasti harga ditekan lagi. Kalau langsung di pembeli pertama pasti harga lebih tinggi,” ungkapnya.

Nyawa Jadi Taruhan

Kondisi jalan juga berimbas pada bidang pendidikan sehingaa banyak anak-anak tidak bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi atau ke perguruan tinggi karena masih mengalami kesulitan ekonomi.

“Di sini juga banyak orang tua tidak bisa ongkos anaknya sampai pada jenjang yang lebih tinggi atau kuliah karena ekonomi belum juga baik padahal hasilnya banyak dari kebun, tapi itu tadi jalan yang buat para tengkulak dan pengepul tekan harga,” ungkap Niko Ndapa salah satu tokoh masyrakat di Kampung Lokawolo, Woloede.

Menurut Niko, bukan hanya ekonomi akibat buruknya jalan beberapa ibu hamil harus ditandu ketika memasuki musim hujan karena jalanan yang tidak bisa dilalui mobil puskesmas atau warga. Hanya mobil atau truck yang bisa melewati jalan desa menuju puskesmas di kota kecamatan sehingga membutuhkan biaya yang lebih mahal dari biasanya.

JALAN RUSAK - Kondisi jalan rusak di Woloede, Rabu 19 Juni 2024.
JALAN RUSAK - Kondisi jalan rusak di Woloede, Rabu 19 Juni 2024.

Bagi Niko, jalan desa ini sangat vital karena memberikan akses paling tercepat dari beberapa desa sekitar kaki gunung Ebulobo menuju kota kabupaten Mbay, serta sebagai akses penting peghubung antar desa. Sayangnya karena jalan ini tak kunjung diperbaiki dan dibenahi akhirnya warga memilih jalur yang lebih jauh ke arah barat yang ongkosnya jauh lebih tinggi.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved