Berita Sabu Raijua

Harga Rumput Laut Anjlok, Warga Sabu Raijua Beralih Profesi

Rumput laut tidak hanya diolah menjadi sayuran, tetapi bisa juga diolah menjadi pangan lokal seperti kue dan juga minuman.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM
RUMPUT LAUT SABU RAIJUA - Petani saat memperlihatkan rumput laut di Sabu Raijua, NTT, Juli 2024. 

Asisten II Setda Kabupaten Sabu Raijua, Ir Mansi R. Koreh mengatakan, pemerintah Kabupaten Sabu Raijua akan menyiapkan sebanyak 60-an bibit rumput laut bagi petani di Sabu Raijua.

Bibit rumput laut tersebut untuk pemberdayaan petani rumput laut. Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua memberikan bantuan kepada petani rumput berupa patok, tali dan prasarana yang dibutuhkan.

Bantuan ini diberikan setiap tahun melihat potensi rumput laut di sejumlah kecamatan di kabupaten Sabu Raijua. Budidaya rumput laut ini sudah menunjukkan hasil bahkan mereka bisa membangun rumah dan penuhi kebutuhan hidup.

"Ada bantuan setiap tahun. Lumayan membantu sekali. Kalau dilihat dari mereka di beberapa kecamatan, desa itu sudah menikmati hasilnya, mereka bisa lebih mudah,"ungkap Mansi pada Selasa (16/7).

Dalam pemberdayaan ini tentu pemerintah mendengarkan keluhan masyarakat khususnya petani rumput laut. Salah satunya pada tahun 2024 petani rumput laut kesulitan mendapatkan bibit rumput laut yang baik apalagi semenjak dilanda badai Seroja pada 2021 silam. Sehingga untuk mendapatkan bibit yang baik, harus mendatangkan bibit dari luar Sabu Raijua.

Untuk tahun 2024 ini pemerintah menyediakan benih rumput laut. "Selama ini mereka kesulitan bibit, mungkin tidak sepenuhnya dari luar. Ini sekitar 60-an ton benih rumput laut segar,"ujarnya.

Membudidayakan rumput laut tidak membutuhkan keahlian khusus dan petani tentu mahir mengerjakannya. Namun, budidaya rumput laut juga membutuhkan biaya yang cukup mulai dari pembibitan, panen hingga pengeringan.

Kendala terbesar yang dihadapi Pemda Sabu Raijua saat ini adalah bagaimana memasarkan rumput laut ini. Sementara, kurang lebih 53 desa pesisir di Sabu Raijua yang berpotensi besar untuk pengembangan rumput laut tetapi harga rumput laut semakin anjlok. Bahkan saat ini menyentuh angka Rp12 ribu per kilogram.

Pemerintah Sabu Raijua sudah berupaya mendatangkan sejumlah pembeli dari luar Kupang dan Surabaya dengan harga yang wajar dengan mematok harga Rp30 ribu per kilogram.

Selain itu, Peraturan Gubernur Nomor 39 Tahun 2022 tentang tata niaga komoditas hasil perikanan juga dinilai menghambat pemasaran rumput laut. Tetapi, pemerintah Sabu Raijua memberikan kelonggaran aturan tersebut agar petani tetap menjual hasil rumput laut mereka ke luar.

Sementara untuk program spesifik terkait pembudidayaan rumput laut dan pemberdayaan petani rumput laut, pemerintah Sabu Raijua belum ada. Namun Sabu Raijua sudah memiliki pabrik pengolahan rumput laut yang belum beroperasi hingga hari.

Hal ini tentu membutuhkan pihak ketiga yang mau mengelola. Beberapa kali melalui Disperindag pemerintah mencoba menarik pihak ketiga tetapi belum ada yang memikat.

Peran dinas terkait penting, selain memberikan bantuan-bantuan juga bisa menghubungi para pembeli dari luar.

Kondisi ini disebabkan persaingan harga rumput laut di pasar global. Karena rumput laut bukan hanya berasal dari Sabu melainkan juga dari wilayah-wilayah penghasil rumput laut lainnya di Indonesia.

Ia berharap, pembeli tidak hanya didatangkan pemerintah, tetapi ada komunikasi internal antara petani dan pembeli sehingga tidak sia-sia mereka bekerja. "Istilahnya, pemilik rumput laut juga ada hubungan dengan para pembeli karena kita sudah pernah buka jalan, tinggal lanjutkan," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved