Berita Flores Timur

Respon PGRI Flotim Setelah Dua Siswa SMAN Adonara Dikelurkan dengan Alasan Tatib

Dua siswa pada SMA Negeri 1 Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, dikeluarkan pihak sekolah gegara masalah sepele.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/HO-IST
Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, Maksimus Masan Kian. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Dua siswa pada SMA Negeri 1 Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, dikeluarkan pihak sekolah gegara masalah sepele.

Keduanya bernama Yoseph Eban Ola dan Yohanes Ola Boli, siswa kelas XI. Mereka dikeluarkan dengan alasan tata tertib (tatib) usai terlibat perkelahian.

Dengan alasan tatib serta skor pelanggaran, pihak sekolah mulanya mengeluarkan Yoseph Eban Ola. Namun beberapa saat kemudian, keputusan mengejutkan pun berlaku untuk Yohanes Ola Boli.

Orang tua Yohanes Ola, Felix Payong Suban, mengaku kecewa dengan keputusan pihak sekolah yang seharusnya mendidik pelajar menjadi orang baik.

Pasalnya, saat ia menghadap kepala sekolah tanggal 21 Agustus 2024, ia disampaikan jika skor pelanggaran anaknya masih di angka 75 dan tidak dikeluarkan. 

Baca juga: Paket Stela Mundur dari Perhelatan Pilkada Sikka 2024, Ini Kata Ketua KPU Sikka

"Saat kejadian, saya hadap kepala sekolah dan saya disampaikan jika anak saya (Yohanes) memiliki skor 75 sehingga tidak dikembalikan. Anak saya sekolah seperti biasa," ungkapnya, Rabu, 28 Agustus 2024.

Sementara orangtua Yosep Eban Ola, Yosefina Dai Suban, mengatakan kejadian berawal saat Yoseph menampar pipi Yohanes Ola Boli.

Masalah keduanya berbuntut panjang. Teman Yoseph melaporkan perselisihan sepele itu ke keluarganya hingga melakukan kekerasan fisik terhadap Yoseph di sekolah. 

"Saya sangat kecewa, anak saya (Yoseph) dipukul orangtua di depan guru, tapi anak saya yang dikeluarkan," ceritanya.

Kepala Sekolah SMAN 1 Adonara Timur, Markus Kopong Sanga, belum memberikan tanggapan atau penjelasan terkait dua siswa yang dikeluarkan tersebut.

RESPON PGRI FLOTIM

Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian, menanggapi keputusan pihak SMAN 1 Adonara Timur yang menguarkan dua siswanya.

Menurutnya, pada kurikulum merdeka belajar, sekolah tak lagi menggunakan tatib melainkan penerapan budaya positif yakni kesepakatan belajar atau keyakinan kelas dan keyakinan sekolah.

"Kurikulum merdeka belajar yang diterapkan di Indonesia saat ini tidak lagi gunakan tatib. Jika belum diterapkan pada sekolah tersebut, maka tatib harus disusun bersama siswa," ujarnya saat dihubungi, Kamis, 29 Agustus 2024.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved