Gunung Lewotobi Meletus
Perjuangan Nakes Puskesmas Boru dari Posko hingga Zona Bahaya Gunung Lewotobi di Flores Timur NTT
Mereka tetap menjadi garda terdepan membantu ribuan penyintas agar tetap sehat sekalipun melintasi zona bahaya.
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Sejumlah tenaga Kesehatan (Nakes) Puskesmas Boru yang merupakan penyintas bencana Gunung Lewotobi Laki-laki tetap memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Perjuangan melayani kaum rentan seakan tak pernah padam. Mereka tetap menjadi garda terdepan membantu ribuan penyintas agar tetap sehat sekalipun melintasi zona bahaya.
Potret nyata ini kembali terlihat saat sejumlah nakes Puskesmas Boru dibantu nakes desa bergerak dari posko-posko pengungsian di Kecamatan Titehena, Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur.
Kali ini menuju ke Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Jumat, 20 Desember 2024.
Baca juga: Pengungsi Lewotobi Kesulitan Air Bersih, Warga Mandi dan Cuci di Saluran Irigasi Sawah Kobasoma
Sebelum sampai di Kantor Desa Pululera untuk kegiatan Integritas Pelayanan Primer (ILP) termasuk vaksinasi bayi, nakes harus melintasi zona bahaya persis di kaki Gunung Lewotobi Laki-laki bertatus Level IV (Awas).
Jalanan terasa lenggang. Kendaraan mudah tergelincir akibat melindas onggokan material berlumpur saat memasuki persimpangan dari Jalan Trans Flores ke Pululera. Pelayanan bagi bayi juga mencakup desa-desa lain yang tak kala menantang.
Konsentrasi nakes juga terbagi ke Desa Hewa, Pantai Oa, dan Ojandetun. Tiga desa di jalur selatan kini sulit dilalui karena tumpukan batu besar dan kerikil di Desa Nawokote. Material padat itu membuat akses ke sana putus dan hanya bisa diakses sepeda motor.
Jika hujan deras dalam durasi yang lama, maka keselamatan mereka akan jadi taruhan. Sebab Dulipali dan Nawokote, jalur para nakes melintas, merupakan kawasan paling bahaya banjir lahar dingin. Bersyukur, hingga kini tak ada cerita kelam ataupun insiden terjebak di jalur rawan itu.
Sejumlah ibu-ibu sudah menanti kedatangan nakes. Mereka menimang bayinya dalam kain sarung. Halaman depan Kantor Desa Pululera tampak ramai dengan aktivitas posyandu. Saat bersamaan, seorang perawat, Maria Theresia Mukin menyuntikan vaksin.
Maria bersama sejumlah nakes melaksanakan tiga kegiatan sekaligus dalam giat ILP. Mereka mulai melaksanakan pelayanan di luar posko, seiring pemulangan sebagian penyintas oleh Pemkab Flores Timur.
Koordinator Kegiatan Lapangan Posyandu, Simon Sina Sada, mengatakan konsentrasi nakes kini terbagi dari pos lapangan (Poslap) hingga masyarakat yang dipulangkan. Mereka bekerja ekstra di tengah keberadaan penyintas yang tercecer.
Simon Seda menuturkan, beberapa saat pasca letusan dahsyat 3 November 2024, pelayanan Puskesmas Boru dipindahkan ke posko yang pusatnya di Desa Kobasoma. Tujuannya agar tetap dekat dengan para korban bencana.
"Kami semua memusatkan perhatian kepada seluruh posko-posko. Setelah beberapa pekan, ada pertimbangan-pertimbangan Pemerintah sehingga sebagian warga dipulangkan, jadi kami diminta untuk membagi waktu melayani warga di mana tempat mereka berada, contoh macam hari ini (di Desa Pululera)," katanya.
Baca juga: 44 dari 420 Unit Hunian Sementara, Rampung Dibangun untuk Penyintas Lewotobi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.