Berita Ende

Dinas Pertanian Ende Catat 800 Ekor Babi Mati pada Januari-Februari 2025, Penyebab Belum Diketahui

Dinas Pertanian Kabupaten Ende mencatat sebanyak 800 lebih ekor babi mati mendadak pada periode Januari-Februari 2025 di wilayah itu.

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/ALBERT AQUINALDO
DINAS PERTANIAN ENDE- Kepala Bidang Peternakan, drh Said menjelaskan soal kasus kematian babi di wilayah Kabupaten Ende. Rabu, 12 Februari 2025 di ruang kerjanya. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Dinas Pertanian Kabupaten Ende mencatat sebanyak 800 lebih ekor babi mati mendadak pada periode Januari-Februari 2025 di wilayah itu.

Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Ende belum bisa memastikan penyebab kematian ratusan ekor babi tersebut terkena virus ASF atau hog kolera.

Sekertaris Dinas Pertanian Kabupaten Ende Ibrahim Gadir Dean melalui Kepala Bidang Peternakan, drh Said menjelaskan, terbaru kasus kematian babi  terjadi di Desa Wolotopo, Kecamatan Ndona. 

Kurang lebih 40 ekor babi mati mendadak dalam kurun waktu dua tiga hari. Gejala yang timbul sebelum mati yakni napsu makan menurun dan demam.

Baca juga: Kejari Ende Tunjuk JPU Kasus Dugaan Raibnya Uang Rp 3 Miliar di RSUD Ende NTT

 

 

"Memang ada lonjakan kasus kematian babi (Kabupaten Ende) tetapi tidak begitu banyak jumlahnya. Terbaru itu di Desa Wolotopo, itu ada sekitar 40 an ekor.  Hari ini teman-teman berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk ambil sampel untuk kita kirim, rencananya ke Maumere, Kupang dan Denpasar. Tergantung mana yang lebih cepat. Kasus kematian babi di Wolotopo itu terjadi baru satu dua hari yang lalu, jadi dalam minggu ini sekitar ada 40 an ekor, semuanya milik warga," kata Said, Rabu, 12 Februari 2025 pagi di ruang kerjanya.

Selain di Desa Wolotopo, Said mengungkapkan kasus yang sama sebelumnya terjadi di Detusoko, Maukaro, Wewaria dan Maurole Kasus kematian babi secara mendadak paling banyak terjadi di wilayah utara Kabupaten Ende. 

"Dari Januari-Februari 2025 ini total babi yang mati itu sudah sekitar 800 an ekor, dari jumlah itu, beberapa sampel dari Maurole sudah kita kirim, yang dari Maukaro kita belum dapat sampelnya karena kadang saat kita tiba di lokasi, bangkai babi sudah tidak ada, dapat cuman laporan, ternaknya sudah tidak ada jadi kita hanya bisa ambil sampel dari organ bangkai atau sampel darah dari ternak yang sakit," jelas Said. 

Baca juga: Efisiensi Anggaran, Sejumlah Proyek Infrastruktur di Flores Timur NTT Terancam Batal Dikerjakan

Meski kasus kematian babi secara mendadak sudah berjumlah sekitar 800-an ekor. Kata dia, sejauh ini masih terindikasi akibat hog kolera. 

Dia berharap, apabila ada kasus kematian ternak babi, masyarakat atau pemilik ternak babi segera menghubungi petugas terdekat. 

"Kalau ada babi yang mati atau sakit, jangan dijual atau leis atau jangan dibuang, karena itu bisa menjadi sumber atau penyebab penyebaran virus, tetapi segera hubungi petugas atau dikubur," tandas Said. 

Kepala Desa Wolotopo Kosmas Leda Se dikonfirmasi TribunFlores.com secara terpisah membenarkan adanya kasus kematian babi di wilayahnya. Kata Kosmas, awal kasus kematian babi terjadi di kandang babi milik salah satu warga Desa Wolotopo.

"Awalnya itu ada satu kandang yang pertama kali terkena dampak dari penyakit itu, terus setelah itu di jangkit lagi babi yang lain, itu lokasinya di pinggir kampung, jadi sekarang semua babi milik warga yang ada kandang masing-masing juga sudah terkena dampak, sampai hari ini kami belum tahu virus apa tapi kami sudah informasikan ke bidang peternakan," tutur Kosmas. 

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved