SMK Sint Gabriel Maumere
Marsa, Penenun dari SMK Sint Gabriel Maumere Sikka Ingin Jaga Warisan Leluhur
Hiruk pikuk music tradisional NTT dan lalu Lalang orang di stand Gebyar SMA/SMK di Lapangan Kantor Bupati Sikka saat Upacara Hardiknas 2025 pagi sanga
Penulis: Hilarius Ninu | Editor: Ricko Wawo
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Aris Ninu
TRIBUNLORES.COM, MAUMERE-Hiruk pikuk musik tradisional NTT dan lalu Lalang orang di stand Gebyar SMA/SMK di Lapangan Kantor Bupati Sikka saat Upacara Hardiknas 2025 pagi sangat terasa, Jumat, 2 Mei 2025.
Namun di tengah kesibukan itu, Marsa, siswi SMK Sint Gabriel Maumere terus berada di stand sekolahnya.
Ia duduk sambal terus mengikat tali pada benang di wadah pembuatan tenun asal Sikka.
Wanita asal Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka terus mengikat tali rafia yang sudah ia siapkan dari sekolahnya.
Siswa jurusan perangkat lunak dan jaringan di sekolahnya ini terus mempersiapkan bahan untuk membuat tenunan asal Sikka.
Baca juga: Hardiknas 2025, Bupati Ngada Ajak Sekolah Suplay Bahan Baku MBG
Sesekali ia tertunduk dan tidak mempedulikan orang yang melintas di depannya.
Pagi itu, Jumat, 2 Mei 2025, Marsa terus menenun sambil mengisahkan kenapa ia mau menenun.
Padahal ia adalah siswa untuk program komputer dan jaringan.
"Saya belaja menenun dari rumah. Saya belajar dari mama saya. Kami tinggal di Desa Habi. Kami hidup dari menenun. Mama saya seorang penenun. Saya sendiri suka menenun karena menjaga warisan leluhur. Bagi saya menenun adalah pekerjaan yang menyenangkan,"kata Marsa.
Pagi itu, Marsa tidak sendirian, ia Bersama beberapa temannya terus menenun di stand sekolahnya. Kehadiran Marsa dan teman-teman dalam rangka Gebyar SMK/SMA saat Hardiknas 2025 di Lapangan Kantor Bupati Sikka.
Marsa tampak senang dan bangga. Ia bisa diberikan kesempatan mempromosikan cara menenun dari tempat kelahirannya.
Baca juga: Persebata Lembata Menang Lawan Persewangi, Laga Diundur dan Dipindah Lokasi Mendadak
Sementara itu, Margaretha Nona Erni, Guru Pembimbing Tenun dari SMK Sint Gabriel Maumere kepada TRIBUNFLORES.COM di Kantor Bupati Sikka mengungkapkan, semua tenunan karya siswa ini masuk dalam program P5 di sekolahnya.
"Semua karya ini ada yang dari siswa yang sudah tamat dan ada yang dari siswa yang sedang sekolah. Siswa yang menenun ada siswa jurusan rekayasa perangkat lunak," kata Margaretha Nona Erni.
Ia menegaskan, dirinya guru mata pelajaran IPA tapi karena ia memilikki bakat maka ditunjukan mendampingi anak-anak agar bisa belajar menenun.
"Semua tenun dijual dengan kisaran Rp 700 ribu sampai 1 juta. Untuk selendang Harga Rp 75 ribu. Saya berharap ke depan pemerintah husa bisa memperhatikan penenun dari sekolah-sekolah agar bisa ada penenun dari generasi muda,"paparnya.
Kepala Sekolah SMK Sint.Gabriel Maumere, Stanislaus Adil kepada TRIBUNFLORES.COM menegaskan, program P5 di sekolah terus menjadi perhatian.
"Saya berharap promosi dari pemerintah dan semua kalangan kalua SMK di Maumere memilikki kemampuan yang bagus dan karya siswa perlu diangkat ke pentas nasional," ujarnya. (ris)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.