Berita Flores Timur

PVMBG Sosialisasi Pembentukan Satgas Nusa Tabe, Desa Nurabelen Flotim Jadi Pilot Project 

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menggelar sosialisasi pembentukan Satuan Tugas (Satgas) NUSA TABE (Nusa Tenggara Tangguh Bencana) d

Penulis: Arnol Welianto | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/HO-ARIOS
SOSIALISASI - Petugas dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sedang menggelar sosialisasi pembentukan Satuan Tugas (Satgas) NUSA TABE (Nusa Tenggara Tangguh Bencana) di Desa Nurabelen Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur NTT, Selasa 20 Mei 2025. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menggelar sosialisasi pembentukan Satuan Tugas (Satgas) NUSA TABE (Nusa Tenggara Tangguh Bencana) di Desa Nurabelen Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur NTT, Selasa 20 Mei 2025.

Warga setempat antusias mengikuti sosialisasi pembentukan Satuan Tugas Nusa Tabe di Desa Nurabelen, pasalnya Satgas Nusa Tabe ini akan menjadi yang pertama di Indonesia dan Desa Nurabelen, kecamatan Ile Bura Kabupaten Flores Timur merupakan desa pertama yang menjadi pilot project program ini.

Kepala Balai Pemantauan Gunung Api Dan Mitigasi Bencana Geologi Wilayah Nusa Tenggara (NTT - NTB) Pvmbg, Badan Geologi, Ghele Radja Arios, ST.MIL menjelaskan, program ini merupakan bentuk inovasi yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, tetapi juga memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam pengurangan risiko bencana.

Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki 3 Kali Gempa Hembusan, Angin ke Utara dan Timur Laut

 

 

Satgas NUSA TABE (Nusa Tenggara Tangguh Bencana) bertujuan untuk peningkatkan efektivitas diseminasi informasi aktivitas gunungapi dan bencana geologi lainnya dari lembaga teknis kepada masyarakat di wilayah rawan bencana.

Program Satgas NUSA TABE (Nusa Tenggara Tangguh Bencana) merupakan satuan tugas yang terdiri dari anggota komunitas lokal (Pemuka adat, Pemuka Agama, Tokoh pemuda, Tokoh perempuan, Tenaga pengajar, Komunitas media sosial, Kepala Dusun, Kaum Disabilitas, Pengusaha Lokal desa, Kelompok Tani, dan komunitas lain di tingkat desa) yang diberdayakan untuk turut serta dalam mendiseminasikan informasi aktivitas gunungapi, memperkuat komunikasi risiko, serta membangun budaya sadar bencana di wilayahnya. 

Kata dia, Sebagai respons terhadap lemahnya penyebaran informasi aktivitas gunungapi di wilayah rawan bencana, terutama di Nusa Tenggara, dibutuhkan suatu terobosan yang berbasis lokal, partisipatif, dan adaptif terhadap kondisi lapangan. 

Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah pembentukan Satgas NUSA TABE (Nusa Tenggara Tangguh Bencana), yaitu satuan tugas kebencanaan yang beranggotakan komunitas lokal di wilayah. 

Dikatakannya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara rutin melakukan pemantauan aktivitas gunungapi dan mengeluarkan informasi terkait status serta potensi bahayanya. Namun demikian, penyebaran informasi tersebut sering kali tidak sampai secara cepat dan utuh kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah rawan. 

Baca juga: Ini Besaran Permohonan Pembayaran Pekerjaan Fisik dan Non Fisik 22 OPD di Ende

"Beberapa faktor yang memengaruhi antara lain: keterbatasan jaringan komunikasi sehingga berita hoaks berkembang pesat, rendahnya literasi bencana, Adat istiadat, Budaya, serta agama sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan tidak terkecuali Keputusan yang berkaitan dengan mitigasi bencana karena sudah menjadi kebiasaan Masyarakat di Nusa Tenggara, Faktor Ekonomi dan pendapatan Masyarakat menjadi pertimbangan yang membuat warga berani menerima resiko terhadap ancaman bencana serta belum optimalnya keterlibatan masyarakat dalam sistem peringatan dini," jelasnya.

Kondisi ini menimbulkan kebutuhan akan model penyebaran informasi yang lebih partisipatif, inklusif, dan adaptif terhadap kondisi lokal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu inisiatif yang dapat menjembatani kesenjangan informasi antara lembaga teknis dan masyarakat, khususnya dengan memanfaatkan peran komunitas lokal sebagai ujung tombak penyebaran informasi dan edukasi kebencanaan.

Berbasis komunitas lokal, Anggota Satgas dipilih dari warga setempat (Pemuka adat, Pemuka Agama, Tokoh pemuda, Tokoh perempuan, Tenaga pengajar, Komunitas media sosial, Kepala Dusun, Kaum Disabilitas, Pengusaha Lokal desa, Kelompok Tani, dan komunitas lain di tingkat desa) yang memahami karakter wilayahnya, termasuk jalur evakuasi, medan geografis, dan dinamika sosial.

Satgas mendapatkan pelatihan dasar mengenai gunungapi, komunikasi risiko, serta teknik penyebaran informasi secara cepat dan efektif, Satgas berperan sebagai perpanjangan tangan dari lembaga seperti PVMBG atau BPBD dalam menyampaikan informasi yang cepat, akurat, dan mudah dipahami.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved