Berita Malaka
Raja Liurai Wehali Malaka Duga Ada Orang Dalam di Balik Hilangnya Benda Pusaka Istana
Raja Liurai Wehali Malaka XV, Dominikus Kloit Tei Seran, menduga adanya keterlibatan orang dalam terkait hilangnya sejumlah benda pusaka di Istana Ker
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Kristoforus Bota
POS-KUPANG.COM, BETUN - Raja Liurai Wehali Malaka XV, Dominikus Kloit Tei Seran, menduga adanya keterlibatan orang dalam terkait hilangnya sejumlah benda pusaka di Istana Kerajaan yang terletak di Desa Builaran, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka.
Peristiwa pencurian tersebut terjadi pada Rabu, (4/6/2025), di kompleks Tafatik Builaran.
Dalam keterangannya pada Senin siang (9/6/2025), Raja Dominikus menyatakan bahwa kecil kemungkinan orang luar berani memasuki kompleks istana tanpa pengetahuan detail mengenai tempat tersebut, apalagi hingga masuk ke dalam rumah pemali dan mengambil benda-benda yang disakralkan secara turun-temurun.
“Dugaan saya, mesti ada orang dalam. Kalau orang luar sendiri, mana berani masuk,” ujar Raja Dominikus.
Baca juga: Desak Pemecatan, DPC di NTT Sebut Romahurmuziy Ganggu Soliditas dan Rendahkan DPC PPP
Sebagai langkah lanjutan, pihak kerajaan berencana menggelar ritual adat dalam waktu dekat. Ritual tersebut dimaksudkan untuk memberitahukan kepada para leluhur mengenai peristiwa hilangnya benda pusaka, sekaligus memohon petunjuk dan perlindungan agar proses pencarian barang-barang sakral tersebut dapat berjalan lancar.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak aparat penegak hukum dalam hal ini Kepolisian Resor Malaka belum berhasil dikonfirmasi.
Diberitakan sebelumnya, kasus pencurian benda pusaka di tiga istana Kerajaan Liurai di Desa Builaran, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, diduga melibatkan orang dalam.
Tiga Istana itu anatar lain Istana Tafatik Liurai, Tafatik Malaka, dan Tafatik Niba-Niba.
Pencurian di Kerajaan Liurai Malaka itu menyebabkan sejumlah benda pusaka raib dibawa kabur pelaku berupa satu tempat sirih berbahan emas milik Tafatik Liurai, satu kalewang panjang (surik samara), dan satu tongkat emas milik Tafatik Niba-Niba.
Muncul dugaan jika peristiwa pencurian benda pusaka di Tiga Istana itu melibatkan Orang Dalam.
Salah satu saksi mata, Marlina Nenometa, kepada POS-KUPANG.COM pada Minggu (8/6/2025), mengungkapkan pada Rabu dini hari, 4 Juni 2025, sekitar pukul 01.45 WITA, dirinya melihat seseorang yang mencurigakan berada di sekitar area istana.
Baca juga: STIBA Crakawala Nusantara Dibuka di Borong, Yohanes Rumat: Dukung SDM
Oknum yang dicurigai itu berasal dari desa Builaran yang saat itu berdiri di samping istana sambil membawa senter kecil dan memanggil kakaknya Marlina, Hironimus Nenometa (Tey), yang biasanya tidur di dalam istana.
Marlina mengaku mendengar langsung suara panggilan tersebut, yang menggunakan bahasa lokal: “Tey o toba tian kah? O toba iha nebe?” (Tey, kamu sudah tidur kah? Tidur di mana?).
Mendengar itu, ibu kandung Marlina, Theresia Tey Seran, menjawab dari dalam rumah, “Kalan bot tian ne imi buka Tey ba sa?” (Sudah larut malam, kamu cari Tey untuk apa?). Setelah itu, oknum tersebut mematikan senternya dan tidak memberikan respons.
Mereka tidak menyangka akan terjadi apa-apa dan kembali tidur. Pagi harinya, sekitar pukul 08.00, Marlina mengaku menemukan beberapa benda pusaka tercecer di belakang istana. Saat ia dan mamanya mengecek, ternyata pintu utama istana sudah terbuka.
Ketika memeriksa bagian dalam istana, mereka menemukan sejumlah benda pusaka telah hilang. Salah satunya adalah tempat siri pinang berbahan emas.
Mamanya lalu menyuruhnya untuk segera memberi tahu kakaknya bernama Ady, tokoh masyarakat adat setempat dan Toni, Kepala Desa Builaran untuk segera membuat laporan kepolisian.
Selain keterangan dari Marlina, Adrianus N. Tei Seran nama lengkap dari Adhi juga membenarkan kejadian tersebut.
Kasus itu sudah mereka laporkan secara tertulis ke Polres Malaka. Sehingga Esok harinya, pihak Polres Malaka bersama Kapolsek Sasitamean langsung turun ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP.
Benda-benda pusaka yang dicuri itu bukan sekadar barang berharga, tetapi memiliki nilai budaya dan dianggap sakral bagi masyarakat adat setempat.
Mereka sangat berharap Kapolres Malaka, AKBP Riki Ganjar Gumilar, melalui jajarannya dapat mengungkap kasus itu dan menangkap para pelaku. Sebab kasus itu dianggap bukan sekadar pencurian biasa, tetapi penghinaan terhadap warisan budaya leluhur.
Sebagai bagian dari keluarga istana di Builaran, Adhi menyatakan dukungan penuh terhadap upaya pihak kepolisian dalam mengusut tuntas pencurian tersebut.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Bhabinkamtibmas Polsek Waigete Sikka Dampingi Perawatan Tanaman Holtikultura |
![]() |
---|
Desak Pemecatan, DPC di NTT Sebut Romahurmuziy Ganggu Soliditas dan Rendahkan DPC PPP |
![]() |
---|
Proyek Belum Serah Terima, Siswa di Flores Timur Sekolah di Rumah Warga |
![]() |
---|
Distan Sikka Uji Laboratorium 41 Sampel Rabies, 17 Sampel Dinyatakan Positif Rabies |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.