Dampak Erupsi Gunung Lewotobi

Cerita Penyintas dari Poslap Pengungsi Lewotobi, Stok Makanan Menipis hingga Nekad Garap Kebun

Potret kehidupan warga Poslap Pengungsi Lewotobi di Kecamatan Titehena menunjukkan lemahnya bantuan di tengah peningkatan aktivitas Lewotobi,

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
PENYINTAS-Seorang penyintas bersama anak kecil sedang beraktivitas di dekat dapur umum Poslap Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur, NTT, Rabu, 18 Juni 2025. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Dapur umum Pos Lapangan (Poslap) Desa Konga, tempat memasak makanan bagi pengungsi korban Gunung Lewotobi Laki-laki tampak lengang, Rabu, 18 Juni 2025 siang.

Agnes Mone Noba, mendapat giliran memasak untuk santap siang. Dia dan beberapa ibu-ibu baru selesai menanak nasi. Ikan goreng tersaji di atas meja kayu. Jumlahnya tidak banyak.

"Persediaannya hanya ini saja, makan tidak banyak, yang penting perut bisa terisi," ujar Agnes di Poslap Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur.

Meski hidangan siap disantap, kebahagiaan masih kurang terasa. Agnes dihantui ingatan akan rumahnya yang rusak di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang.

 

Baca juga: Aktivitas Vulkanik Naik Signifikan, Status Gunung Lewotobi Laki-laki Jadi Awas

 

 

Rasa gunda juga ke jatah makan. Dua bulan ini, mereka makan dua kali sehari karena stok makanan menipis.

"Porsi makan juga lebih sedikit, kami hemat supaya persediaan makanan bisa jangka panjang. Satu hari makan dua kali, pak," kata perempuan paruh baya itu.

Potret kehidupan warga Poslap Konga, serta poslap-poslap lain di Kecamatan Titehena itu sejatinya menunjukkan lemahnya bantuan di tengah peningkatan aktivitas gunung dengan status tanggap darurat bencana.

Koordinator Poslap Konga, Martinus Kwuta, mengatakan selain makanan, mereka juga kekurangan air bersih. Bantuan yang datang tak cukup memenuhi kebutuhan masak, cuci, mandi, bahkan buang air.

 

Baca juga: BREAKING NEWS: Pria Lansia Tewas di Tengah Jalan Flores Timur, Diduga Korban Tabrak Lari

 

"Kami bersyukur pemerintah dan pihak ketiga membantu. Namun, akhir-akhir ini kami di sini kesulitan air. Semoga ke depan perhatiannya semakin lancar," harapnya.

Martinus menerangkan, pengungsi di Poslap Konga didominasi warga Nawokote. Mereka semua pekerja keras. Sebagai petani, warga nekat pulang ke kampung untuk menggarap kebun demi mendapatkan cuan.

Jika erupsi meningkat, seperti letusan yang terjadi pada Selasa (17/06/25) kemarin, warga pasti tidak bekerja. Sementara tuntutan biaya pendidikan anak-anak terpenuhi dari hasil menjual komoditi.

"Saat warga berkebun di bawah, mereka bisa jual kopra lalu pulang bawa sayur, ubi kayu, pisang untuk makan. Kalau gunung meletus, tidak ada yang bisa kami jual," katanya.

Pantauan wartawan, terdapat sejumlah profil tank. Ada yang terisi air setengah fiber, namun ada yang kosong sama sekali. Pemdes Konga mempersilahkan pengungsi memanfaatkan air pamsimas.

Kepala Desa Konga, Aloysius Sinyo Kung, mengatakan air pamsimas tergantung musim dan banyaknya pemakai. Jika pemakain cukup tinggi, suplai air menjadi kecil bahkan kering.

"Air akan kering saat kemarau, apa lagi ketika banyak pemakaian. Sejak bencana awal kami menyiapkan pamsimas untuk bantuk korban bencana yang mengungsi di sini, ada warga Desa Nawokote dan Nobo," tuturnya. (cbl)

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved