Gunung Lewotobi Erupsi

6 Jam Terakhir Gunung Api Laki-laki di Flores Timur Alami 2 kali Gempa Hembusan 

Petugas Posmat Gunung Api Lewotobi Laki-laki, Yohanes Kolli Sorywutun, melaporkan kondisi Lewotobi Laki-laki selama 6 jam terakhir, Jumat 20 Juni 2025

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/ MAGMA INDONESIA
GUNUNG LEWOTOBI -  Petugas Posmat Gunung Api Lewotobi Laki-laki, Yohanes Kolli Sorywutun, melaporkan kondisi Lewotobi Laki-laki selama 6 jam terakhir, Jumat 20 Juni 2025, periode 00:00-06.00 Wita. Saat ini gunung Lewotobi Laki-laki Level IV (AWAS). 

5. Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi, Badan Geologi di Bandung.

6. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan selalu berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Satlak PB setempat dalam memberikan informasi tentang kegiatan G. Lewotobi Laki-laki. Untuk informasi lebih jelas dapat mengubungi Pos Pengamatan G. Lewotobi Laki-laki atau mengubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral pada nomor telepon 022-7272606. 

Stok Makan Habis

Sebelumnya, dapur umum Pos Lapangan (Poslap) Desa Konga, tempat memasak makanan bagi pengungsi korban Gunung Lewotobi Laki-laki tampak lengang, Rabu, 18 Juni 2025 siang.

Agnes Mone Noba, mendapat giliran memasak untuk santap siang. Dia dan beberapa ibu-ibu baru selesai menanak nasi. Ikan goreng tersaji di atas meja kayu. Jumlahnya tidak banyak.

"Persediaannya hanya ini saja, makan tidak banyak, yang penting perut bisa terisi," ujar Agnes di Poslap Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur.

Meski hidangan siap disantap, kebahagiaan masih kurang terasa. Agnes dihantui ingatan akan rumahnya yang rusak di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang.

Rasa gunda juga ke jatah makan. Dua bulan ini, mereka makan dua kali sehari karena stok makanan menipis.

"Porsi makan juga lebih sedikit, kami hemat supaya persediaan makanan bisa jangka panjang. Satu hari makan dua kali, pak," kata perempuan paruh baya itu.

Potret kehidupan warga Poslap Konga, serta poslap-poslap lain di Kecamatan Titehena itu sejatinya menunjukkan lemahnya bantuan di tengah peningkatan aktivitas gunung dengan status tanggap darurat bencana.

Koordinator Poslap Konga, Martinus Kwuta, mengatakan selain makanan, mereka juga kekurangan air bersih. Bantuan yang datang tak cukup memenuhi kebutuhan masak, cuci, mandi, bahkan buang air.

"Kami bersyukur pemerintah dan pihak ketiga membantu. Namun, akhir-akhir ini kami di sini kesulitan air. Semoga ke depan perhatiannya semakin lancar," harapnya.

Martinus menerangkan, pengungsi di Poslap Konga didominasi warga Nawokote. Mereka semua pekerja keras. Sebagai petani, warga nekat pulang ke kampung untuk menggarap kebun demi mendapatkan cuan.

Jika erupsi meningkat, seperti letusan yang terjadi pada Selasa (17/06/25) kemarin, warga pasti tidak bekerja. Sementara tuntutan biaya pendidikan anak-anak terpenuhi dari hasil menjual komoditi.

"Saat warga berkebun di bawah, mereka bisa jual kopra lalu pulang bawa sayur, ubi kayu, pisang untuk makan. Kalau gunung meletus, tidak ada yang bisa kami jual," katanya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved