Demonstrasi di Kupang

Unjuk Rasa Ratusan Sopir Pikap dan Aliansi Cipayung Nyaris Ricuh di Depan Mapolda NTT

Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan sopir mobil pikup dan Aliansi Cipayung nyaris ricuh saat digelar di depan gerbang Markas Kepolisian Daera

Editor: Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Suasana saling dorong antar massa aksi dan anggota kepolisian di depan Mapolda NTT. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan sopir mobil pikup dan Aliansi Cipayung nyaris ricuh saat digelar di depan gerbang Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) NTT pada, Selasa 8 Juli 2025.

Massa aksi yang tergabung dalam komunitas Pikup Kupang bersama, aliansi Cipayung dan sejumlah organisasi kepemudaan (OKP) menuntut keadilan atas dugaan pungutan liar dan perlakuan diskriminatif yang dilakukan oknum dari Dinas Perhubungan dan Jasa Raharja terhadap para sopir pikup.

Kericuhan terjadi saat massa mencoba menerobos barikade aparat kepolisian demi bisa bertemu langsung dengan Kapolda NTT. 

Baca juga: IPeKB Ende Bedah Rumah hingga Bangun Jamban untuk Keluarga Berisiko Stunting

 

 

Disaksikan POS-KUPANG.COM, aksi saling dorong pun tak terelakkan. Beberapa peserta aksi bahkan melemparkan botol air mineral dan sandal jepit ke arah barisan polisi. 

Massa juga sempat memblokir Jalan Suharto No.8 di depan Mapolda, menyebabkan kemacetan panjang dan terganggunya aktivitas lalu lintas di kawasan tersebut.

Dalam orasinya, Putra Umbu selaku perwakilan dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menyampaikan kekecewaan terhadap institusi kepolisian yang dinilai tidak merespons penderitaan para sopir pikup. 

Ia menyoroti adanya pungutan yang dinilai tidak masuk akal dan sangat membebani sopir-sopir kecil.

Menurutnya, para sopir harus membayar retribusi sebesar Rp 5.000 per hari, kartu kuning izin angkut penumpang Rp 55.000 per bulan, dan izin lalu lintas Rp75.000.

Jika dijumlahkan, total pungutan bisa mencapai sekitar Rp 600.000 per bulan.

Biaya itu, kata Putra, sangat berat bagi sopir pikup yang bekerja dari dini hari hanya untuk membantu mengangkut hasil bumi dari ibu dan bapak petani di pedalaman ke pasar.

"Mereka bangun jam 3 subuh untuk membantu mama-mama bawa hasil panen ke pasar, tapi justru mereka yang diperas. Uang dari mereka inilah yang digunakan untuk menggaji aparat. Kalian digaji dari uang rakyat, kalian harus ingat itu," tegasnya di hadapan aparat.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved