BPJS Ende
Kisah Perjalanan Setahun Cuci Darah, Program JKN Selamatkan Nyawa Warga Pelosok NTT
Pengakuan pria berusia 37 tahun ini juga menjadi bukti betapa besarnya manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), bukan hanya program
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Hilarius Ninu
Setiap hari Rabu dan Sabtu, Saferinus bersama sang istri menempuh perjalanan kurang lebih 104 km lebih dengan memakan waktu perjalanan darat kurang lebih 2 jam 55 menit dari kampungnya di Desa Tanali, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende untuk sampai di RSUD Tc Hillers Maumere di Kabupaten Sikka, demi menjalani cuci darah.
Saferinus bertarung dengan dirinya sendiri, melawan rasa sakit, keinginan untuk tetap ada bersama sang istri dan anak serta guncangan kendaraan saat melewati ruas jalan Trans Utara Pulau Flores yang kondisinya tidak baik-baik saja. Bebatuan, kubangan, jalan berlubang, aspal pecah kerap ia lewati setiap dua minggu sekali demi cuci darah.
Pola hidupnya jauh sebelum ia menderita gagal ginjal hingga menjalani cuci darah menjadi pelajaran yang sangat berharga baik bagi Saferinus maupun orang lain.
Awalnya, ia menderita sakit lambung. Kebiasaan warga pelosok, obat paling manjur saat menderita sakit adalah ramuan tradisional. Selama kurang lebih enam bulan, Saferinus mengkonsumsi ramuan tradisional.
Baca juga: Dr. Marsel Payong Sebut Dosen Muda Unika Ruteng Harus Visioner dan Profesional
Alih-alih sembuh, sakit yang diderita Saferinus malah bertambah para hingga dilarikan ke puskesmas terdekat.
“Sejak tahun 2023 itu saya sakit lambung dan saat itu saya konsumsi ramuan tradisional selama enam bulan sampai sakitnya jadi lebih parah dan masuk ke Puskesmas Welamosa, waktu itu malam hari. Sempat dirawat di Puskesmas Welamosa tapi kemudian dirujuk ke rumah sakit di Kota Ende subuh. Setelah diperiksa dokter di RSUD Ende, saya didiagnosa derita beberapa penyakit, hepatitis, lambung dan ada gangguan ginjal,” tutur Saferinus mengenang awal Ia didiagnosa mengalami sakit komplikasi, Kamis (17/7/2025).
Sejak saat itu, selama kurang lebih tiga minggu, kondisi fisiknya terus menurun hingga mengganggu sistem saraf yang membuatnya kehilangan kesadaran seperti orang yang mengalami gangguan kejiwaan.
“Tidak sadar, macam orang gila, cerita sembarang, omong sembarang, dari situ dokter vonis saya tidak bisa lagi dirawat di rumah sakit Ende, dokter sarankan saya harus dirujuk ke Kupang untuk cuci darah karena katanya cairan sudah menumpuk bahkan sudah naik ke saraf otak terus ginjal sudah tidak berfungsi,” kenangnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.