Berita Ende

Terlindungi Sejak Lahir, Inovasi JKN Ubah Masa Depan Anak-Anak Ende

Begitu seorang bayi lahir, petugas di rumah sakit atau puskesmas langsung mengirim data ke grup. 

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/ALBERT AQUINALDO
KANTOR BPJS – Kantor BPJS Kesehatan Ende di Jalan Melati, Kota Ende, Kabupaten Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Kabupaten Ende dan lima kabupaten lain di bawah cakupan BPJS Kesehatan Cabang Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat, menjadi contoh bagaimana sinergi digital bisa mengubah sistem kesehatan masyarakat.

“Kadang yang besar dimulai dari hal kecil. Sebuah grup WhatsApp, kalau dijalankan dengan niat dan komitmen, bisa menyelamatkan masa depan generasi baru,” ujar Nara dengan senyum.
Salah satu puskesmas yang aktif mengimplementasikan inovasi ini adalah Puskesmas Onekore. 
Prosedur pendaftaran bayi baru lahir agar langsung memiliki kartu JKN sangat sederhana dan tanpa ribet.

“Yang penting orang tua punya KK dan bayi sudah punya surat keterangan lahir dari faskes. Lalu, proses harus dilakukan sebelum bayi berusia 3 bulan, karena selama rentang itu, bayi masih jadi tanggungan BPJS ibunya,” kata Kepala Puskesmas, dr. Florentinus Hendrianto, Selasa (29/7/2025) siang.

Menurutnya, apabila lewat dari usia 3 bulan, bayi harus mendaftar sebagai peserta mandiri, artinya harus membayar iuran bulanan. Karena itu, percepatan pengurusan sangatlah penting.

Hingga Juli 2025, Puskesmas Onekore telah mendaftarkan 134 bayi sebagai peserta JKN. Jumlah ini terdiri dari bayi yang lahir langsung di puskesmas tersebut, maupun bayi dari fasilitas lain yang datang untuk kontrol atau pengobatan ke Puskesmas Onekore.

Inovasi ini terbukti memberikan manfaat nyata, khususnya selama masa nifas, yaitu periode 40 hari setelah persalinan. Di masa ini, bayi dan ibu wajib menjalani pemeriksaan minimal empat kali di puskesmas.

“Dengan JKN yang sudah aktif, keluarga tidak lagi terbebani soal biaya layanan. Apalagi masa nifas itu rentan untuk komplikasi seperti infeksi atau sakit kuning. Kalau butuh rujukan ke RS pun, sudah aman,” ujar dr. Florentinus.

Selain praktis, proses pengurusan juga sangat terbantu karena dilakukan langsung oleh staf puskesmas, tanpa harus bolak-balik ke berbagai kantor.

Kekhawatiran mendalam juga sempat menyelimuti hati Syarifudin (42), seorang nelayan asal Kota Ende, ketika sang istri harus dirujuk dari Puskesmas Rukun Lima ke rumah sakit untuk menjalani persalinan. 

Usia istrinya yang sudah 42 tahun membuat proses kelahiran tergolong berisiko tinggi. Dengan penghasilan yang tidak menentu, ia pun cemas tidak mampu menanggung biaya rumah sakit.

“Awalnya saya sangat khawatir, bagaimana bisa membayar biaya persalinan di rumah sakit,” tutur Syarifudin.

Namun, kekhawatiran itu berubah menjadi rasa syukur setibanya di Rumah Sakit Umum Daerah Ende. Seluruh biaya operasi kelahiran istrinya dijamin penuh oleh Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan. Syarifudin merupakan peserta JKN yang dijamin pemerintah pusat (PBI APBN).

“Saya sangat bersyukur anak saya lahir sehat dan semua biaya dijamin JKN. Bahkan anak saya langsung didaftarkan sebagai peserta juga. Saya benar-benar tidak mengeluarkan biaya sedikit pun,” ucapnya lega.

Syarifudin juga berharap agar program ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak masyarakat kurang mampu. Bagi dia, JKN adalah bukti nyata kehadiran negara di tengah rakyat yang membutuhkan.

Satu Dekade Melayani Masyarakat Flores Bagian Barat

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved