Berita Nagekeo
Alumni SDK Maunori Angkatan 1986 Kenang Masa Sekolah: “Tidak Boleh Sebut Nama Guru”
Sorot mata alumni dan masyarakat tampak berbinar, mengenang perjalanan panjang sekolah yang
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Nofri Fuka
Ia berharap sekolah ini semakin maju, berkembang, dan mengutamakan kualitas pendidikan di masa depan.
Dari Volkschool Mauara Menuju SDK Maunori
SDK Maunori menandai tonggak sejarahnya sebagai lembaga pendidikan dasar tertua di wilayah Keo dengan merayakan 100 tahun kiprahnya. Didirikan pada 1 Agustus 1925 sebagai Volkschool Mauara, sekolah ini lahir dari kerja sama Pemerintah Belanda dan para misionaris Katolik dari Kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD).
Tokoh utama di balik pendirian sekolah adalah Pater Yosef Ettel, SVD, yang mulai berkarya di Paroki Raja sejak 1920. Sekolah ini awalnya berdiri di Mauara, wilayah administratif Gemente Worowatu pada masa kolonial.
Pada 1937, sekolah dipindahkan ke Ndeko Wara (kini Tunu Ata) atas prakarsa Pater Anton Bakker, SVD. Pemindahan ini bukan sekadar geografis, tetapi juga membawa visi baru: menjadikan pendidikan sebagai sarana pembinaan iman dan karakter anak-anak Keo.
SDK Maunori tetap eksis bahkan dalam masa-masa sulit, seperti pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, di mana pengajaran agama sempat dilarang. Seiring waktu, sekolah ini berganti nama beberapa kali, dari Sekolah Rakyat Mauara hingga akhirnya resmi menjadi SDK Maunori pada tahun 1987, menyatu dengan sistem pendidikan nasional tanpa kehilangan jati diri Katolik nya.
12 Kepala Sekolah, Ribuan Alumni, dan Warisan Tak Ternilai
Sepanjang sejarahnya, SDK Maunori telah dipimpin oleh 12 kepala sekolah, dari Yohanes Djawa hingga kini Maria Magdalena Wea, serta dibantu oleh lebih dari 80 guru yang telah mengabdi lintas generasi.
Hingga 2025, SDK Maunori telah melahirkan 2.293 alumni, yang berkiprah di berbagai bidang diantaranya 321 guru dan pendidik, 470 pegawai negeri dan swasta, 181 bidan, 170 perawat, 11 pastor, 9 bruder dan suster, 5 anggota TNI/Polri, 198 wiraswasta, 110 pengusaha, 725 petani dan 93 pelajar dan mahasiswa.
Beberapa alumni menonjol bahkan telah berkiprah di tingkat nasional, seperti, Pater Zakarias Se, SVD, Gaspar Gero (anggota DPR RI dan tokoh Katolik NTT), Siprianus Taa (pegawai Direktorat Anggaran Nasional), Yosef Djogo (perintis BLPP Kupang), Arkhilaus Sabu (anggota RPKAD/Kopassus), Ir. Anton Bala (pengusaha di Jakarta), Pater Paulus Tolo, SVD (Provinsial SVD Ruteng) dan Herdianto E. Ndiwa (Kepala SMAK Regina Pacis Bajawa).
Selama 100 tahun, SDK Maunori bukan sekadar tempat belajar, tetapi pusat pembentukan karakter, iman, dan budaya lokal. Kurikulumnya menyesuaikan perkembangan zaman namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan spiritual yang diajarkan sejak awal berdirinya.
Kolaborasi erat antara Gereja Katolik, masyarakat adat, dan pemerintah menjadi kunci keberhasilan sekolah ini. Semangat pelayanan, inovasi, dan ketahanan menjadikan SDK Maunori sebagai salah satu ikon pendidikan dasar di Nusa Tenggara Timur.
Perayaan satu abad ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal babak baru. SDK Maunori siap melangkah ke masa depan, berakar pada iman, budaya, dan cinta terhadap tanah Nagekeo , terus mencetak generasi yang cerdas, beriman, dan berkarakter kuat. (bet)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Perayaan Satu Abad SDK Maunori, Jadi Pelita Pendidikan di Nagekeo NTT |
![]() |
---|
Dinas P2KB Ende Gelar Rakor Peningkatan Pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan |
![]() |
---|
Terlindungi Sejak Lahir, Inovasi JKN Ubah Masa Depan Anak-Anak Ende |
![]() |
---|
Juan Reza Manggung di Stadion Marilonga Ende saat Penutupan Bupati Ende Cup |
![]() |
---|
Kantor Pemerintahan di Ende Tunggak Tagihan Air, Bupati: Bukan Tunggak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.