Berita Lembata

Refleksi Kemerdekaan Nimo Tafa Institut: Jebakan Modernisasi dan Perlunya Pembangunan Alternatif

Unsur yang paling mencolok setelah kemerdekaan bangsa ini adalah komitmen untuk mengisi kemerdekaan.

Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/HO-SOMAN LABAONA
NIMO TAFA-Kelas Demokrasi Nimo Tafa Institut yang digelar di Aula Dekenat Lembata, Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Senin, 18 Agustus 2025. Kelas ini dihadiri oleh perwakilan komunitas, aktivis, penggiat pemilu, jurnalis, hingga tokoh perempuan. 


Mengapa Pengetahuan Lokal Penting?

Para post-modernis menemukan bahwa pengetahuan tidak bekerja di ruang hampa kebudayaan. Alih alih bebas dari nilai, norma dan aturan budaya, pengetahuan justru sarat olehnya. 

Apakah itu berarti pengetahuan bersifat konservatif dan anti perubahan? 

“Kita cendrung membedakan antara sains dan tradisi, misalnya sains bersifat progresif sementara tradisi sebaliknya. Sains lebih adaptif terhadap potensi persoalan sementara tradisi indiferen terhadapnya.

Dikotomi ini terjadi karena laju modernitas yang sinis terhadap tradisi karena dianggapnya opium yang memperlambat gerak peradaban,” ujar Eman.

 

Baca juga: Kritik Politik Elektoral di Lembata, Peneliti Nimo Tafa: Partisipasi Itu Hak, Bukan Kewajiban

 

Bertentangan dengan ilusi kemajuan yang dibawa modernitas, para antropolog, Eman menandaskan, justru menemukan fakta fakta lapangan yang berbicara lain: Misalnya, masyarakat di Sikka mengenal paham “Tana Luma Lago.” 

Kebiasaan tradisional untuk menanami lahan dengan tanaman turi (Luma) dan tanaman Waru (Lago). 

Luma memberi ke pada tanah unsur N dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Daun Lago yang memiliki perbandingan C:N yang agak rendah ideal untuk dijadikan serasah/rosot karbon yang cepat dapat beralih menjadi humus. Juga dapat digunakan untuk fermentasi ubi kayu kering menjadi ai ohu budun, sejenis makanan dari ubi kayu yang sangat digemari oleh banyak orang Maumere.

Contoh lainnya, Masyarakat Dayak penganut Agama Kaharingan menyelesaikan persoalan lingkungan dengan sistem perlandangan bergilir yang sudah dipraktikkan selama ratusan tahun. Hutan yang dikelola hanya digunakan dalam dua tiga masa panen lalu dibiarkan agar tumbuh kembali seelah sepuluh sampai lima belas tahun.

Di ujung pemaparannya, Eman kembali menekankan tujuan-tujuan riset partisipatoris sebagaimana yang dianjurkan juga oleh Vandana Shifa. 

Keempat tujuan itu yakni; pertama; memperkuat kebutuhan dan keinginan rakyat kebanyakan dengan menguraikan perasaan dan pandangan mereka dalam bentuk yang mudah dimengerti. Kedua; membantu ‘gerakan rakyat’ untuk tumbuh pada konteksnya dan menetapkan keputusan yang lebih demokratis. Ketiga; sebagai sarana menerjemahkan argumen argumen mereka pada taraf yang sofistikasi teoretis sehingga tidak dicap sebagai anti pembangunan atau gerakan anti pembangunan. Keempat; jika ketiga hal yang diungkap sebelumnya itu diimplementasi maka wahana untuk menerapkan hak akan keahlian tandingan akan terwujud.

Kelas ini dihadiri puluhan warga sipil dari latar belakang yang beragam. Kelas Demokrasi merupakan salah satu platform program yang dikembangkan Nimo Tafa Institut sebagai ruang dialog, diskusi dan bertukar pengetahuan di antara sesama warga di Lembata.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved