Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Ancaman virus African Swine Faver (ASF) atau biasa disebut demam babi afrika mulai menghantui peternak di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores.
Peternak yang masih mengalami trauma semakin dibuat resah pasca satu diantara tujuh sampel babi bantuan Pemerintah Pusat melalui APBN positif ASF. Mereka berharap adanya pencegahan secara terpadu agar geliat ekonomi pada unit usaha ini berangsur pulih.
Mantan Wakil Bupati Flores Timur periode 2017-2022, Agustinus Payong Boli meminta Pemerintah Daerah Flores Timur mengambil tindakan tegas terhadap pemasok babi positif virus ASF.
Agus selaku pengusaha ternak besar sekaligus Ketua Himpunan Tani Ternak Flores Timur yang beranggotakan ribuan anggota mengaku telah mengalami kerugian miliaran rupiah akibat wabah ASF yang menyerang babi beberapa tahun lalu.
Baca juga: Peternak Babi di Ende Mulai Resah, Ini Alasannya!
"Anggota 5000-an orang, petani ternak kehilangan puluhan miliar tahun lalu akibat pertama kalinya wabah Virus ASF menyerang babi di Flotim. Dan arena pertama kali, makanya belum ada persiapan format penanganan yang efektif," katanya, Minggu 22 Januari 2023.
Menurutnya, hadirnya ASF yang kedua kali, Pemda Flores Timur harusnya sudah punya standar baku format penanganan efektif melalui Peraturan Bupati atau Keputusan Bupati mengingat kerentanan ASF dapat menyerang babi dalam hitungan hari.
"Mestinya bentuk Tim penanganan permanen lintas Stakeholders seperti Dinas terkait, Camat, Kepala Desa atau Lurah, pegiat LSM, peternak, Polisi dan boleh TNI untuk pembatasan pasokan babi penyakitan dari luar dan bila perlu di pidana. Jangan tunggu Babi mati baru himbau kubur. Kadis Peternakan buat telaan Keputusan Penjabat Bupati dan kordinasi," tegas Agus Boli.
Soal anggaran penanganan, jelasnya, bisa menggunakan pos anggaran Belanja Tak Terduga di BKAD lantaran ASF masuk dalam bencana wabah ternak masif dan berpengaruh pada perekomian masyarakat.
Baca juga: Tambatan Perahu Ambruk, Aktivitas Bongkar Muatan di Nangahale Sikka Terganggu
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur, Sebas Sina Kleden, mengaku ASF mulai terdeteksi pasca satu dari tujuh sampel darah babi dinyatakan positif hasil Laboratorium Penguji Balai Besar Veteriner Denpasar, Bali.
"Kita ambil tujuh sampel dan ada satu yang sudah positif. Yang positif itu hasil campuran darah dari dua ternak babi," katanya.
Dengan satu sampel positif itu, katanya, pihaknya langsung bergerak cepat dengan mengeluarkan surat himbauan dan melakukan pencegahan secara simptomatik agar ASF tidak menyebar.
"Karena ASF ini tidak ada obat, jadi kita melakukan pengobatan simptomatik atau mengobati gejala, kemudian melakukan disinveksi," ungkapnya.