Laporan Reporter TRIBUNDLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Perarakan peti Patung Yesus Tersalib dalam setiap perayaan Jumat Agung merupakan salah satu rangkaian yang paling dinantikan oleh para peziarah Semana Santa Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores.
Laut biru Selat Gonzalu anak dipenuhi ribuan manusia berbusana serba hitam. Mereka menumpang ratusan perahu menerjang arus yang menggulung di itu
Peti Yesus Tersalib diarak dengan perahu tanpa mesin yang disebut Berok. Perahu ini memliki panjang 8 meter dan lebar 80 centimeter dikayuh empat orang pria bersama seorang perempuan yang berasal dari garis keturunan Rita dan pria Suku Qinta Besa atau yang dikenal Fernandez.
Selain Fernandez dan Rita, masih ada suku Nalele. Ketiga suku ini punya jejak historis yang mentahtakan enam patung sakral di Kapela Tuan Meninu merupakan wasiat misionaris Portugis pada tahun 1600-an s atau 100 tahun setelah Tuan Ma.
Baca juga: Semana Santa 2023, Pemkab Flores Timur Larang Bunyikan Klakson hingga Suling Kapal di Larantuka
Kisahnya diwariskan dari generasi ke generasi diceritakan kembali oleh Petrus Musu Fernandez, garis keturunan kelima. Pria 65 tahun itu menuturkan kapal Zaramboga milik orang Portugis yang terbawa arus hingga hanyut di Pantai Kuce, Larantuka.
Kapal Zaramboga memuat para saudagar dan misionaris punya misi menyebarkan Agama Katolik di Flores Timur yang saat itu merupakan Kerajaan Larantuka.
Namun, Raja Larantuka dan warga disana sudah melepepas kekafiran sekitar seratus tahun lamanya kembali diberikan patung Tuan Meninu (bayi Yesus), Yesus Tersalib, Bunda Maria Deo Sinyora, Bunda Maria Pembantu Orang Bersalin Susah, Santu Philipus, dan Santu Semau.
Lantaran jangkar kapal Zaramboga putus dan hanyut di laut tenang, Raja Larantuka kemudian memerintahkan Ciko Fernandez membuat kapal menggunakan kayu Pohon Rita karena lebih ringan dan mudah kering
Baca juga: 6.000 Peziarah Diperkirakan Ikut Semana Santa 2023 di Larantuka Flores Timur NTT
"Mereka bikin kapal dari Pohon Rita supaya ambil enam patung itu. Moyang saya namanya Ciko Fernandez sebagai Capitano atau kepala kampung yang bawa berok," kata Petrus kepada wartawan, Sabtu 1 April 2023 petang.
Ia menerangkan, Suku Rita merupakan hikayat dari pembuatan berok pertama berbahan Pohon Rita dalam insiden Kapal Zaramboga yang hanyut. Patung-patung itu diambil bersama dengan Suku Nalele dan Fernandez. Sejak saat itu, penyebaran Agama Katolik kian meluas dengan tradisi pengarakan patung sakral.
Karena datang dari laut, katanya, maka prosesi Sang Penebus Dosa itu pun digelar dengan mengarungi arus Selata Sonsalu dari Taman Doa Tuan Meninu menuju Pantai Kuce berjarak sekitar empat kilo meter.
"Kenapa sampai prosesi kita ikut laut ? Karena datangnya juga dari laut," ungkapnya.
Baca juga: Ikut Semana Santa Larantuka 2023, Berikut Jadwal Kapal Fery Kupang-Larantuka Flores Timur
Ketua Suku Qinta Besar, Anton Thomas Fernandez, mengatakan tiga suku akan menggelar ibadat untuk membersihkan diri sebelum Yesus Tersalib diarakan bertemu sang ibunda, Tuan Ma.
"Hati harus bersih, karena kita manusia berdosa. Harus pembersihan diri agar punya persiapan batin," ungkapnya.
Garis keturuan kelima itu menerangkan, suku Fernandez bertugas menjinjing Sang Penebus Dosa, sementara Suku Nalele dan Rita punya wewenang mengangkat dan menerima dari kapela, berok, armida, hingga ditahtakan kembali usai prosesi.
Anton bersaksi ada sesuatu yang bergerak saat menjinjing peti kecil warna hitam itu. Ia mengaku hentakan bukan karena dijinjing, tetapi seperti gerakan tubuh orang yang hidup.
Baca juga: Ini Tiga Nama Penjabat Bupati Flores Timur Diusulkan Gantikan Doris Rihi
"Patung itu betul-betul hidup. Saya berulang kali merasakan ada sesuatu yang bergerak seperti badan orang yang hidup," ungkap Anton. *
BERITA TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News