"Saya menganggap orang yang hidup dengan tidak meminta keuntungan itu tidak ada, sampai itu saya patahkan sendiri pada saat saya datang ke sekolah ini, waktu itu saya berdebat dengan Wakapolres saya yang ikut kesini waktu itu," tutur AKBP Hardi Dinata.
Saat itu, AKBP Hardi Dinata sempat melakukan interview beberapa tutor PKBM Bisa Ngaisiang. Dari hasil interview itu, orang nomor satu di jajaran Kepolisian Resor (Polres) Sikka akhirnya meyakini benar adanya lembaga pendidikan non-formal yang tidak memungut biaya apapun dari peserta didiknya.
AKBP Hardi Dinata mengatakan, perlu adanya pendalaman terkait hadirnya PKBM yang disinyalir mampu menekan angka kriminalitas, tetapi dia juga mengatakan, tingkat kekerasan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan.
"Mungkin anak-anak disini adalah anak-anak yang termarjinalkan seperti yang dikatakan Pak Dekan tadi, yang ketika mereka di luar sana berpotensi tinggi menjadi pelaku kejahatan, kita berpikir seperti itu. Dengan hadirnya PKBM ini bertujuan sangat mulia untuk menghilangkan stigma negatif bagi mereka yang putus sekolah," ujar AKBP Hardi Dinata.
Jika ditanya apakah hadirnya PKBM urgent atau tidak, AKBP Hardi Dinata menyebutkan kehadiran PKBM sangat urgen, untuk saat ini belum terasa, tetapi 5 sampai 10 tahun kedepan, urgenitas PKBM akan sangat dirasakan dan sangat dirasakan manfaatnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News