Tantangan utama kita adalah makin sulitnya kita mendapatkan dukungan sumber daya dari para donatur / sponsor luar negeri.
Hal ini bukan tergantung dari kemampuan Yaspem untuk melakukan lobi, namun terutama berkaitan dengan pergeseran kebijakan di antara para sponsor Eropa.
Para sponsor Jerman seperti Misereor, Frauen Missionswerk, PLAN mengubah prioritas dukungan karena berkurangnya sumber dana Lembaga tersebut.
Mereka umumnya berorientasi mendukung negara-negara Afrika yang memiliki Tingkat kesulitan hidup lebih berat dari Indonesia.
Di pihak lain, Para sponsor seperti Bank Dunia, AUSAID, USAID umumnya berhubungan dengan mitra pemerintah (bilateral), dan melalui pemerintah kepada LSM-LSM.
Beberapa bidang yang pernah diadvokasi Yaspem (seperti program Kesehatan Penanggulangan Malaria / DBD) telah membuat nama Yaspem menjadi semacam referensi.
Acapkali mitra kita meminta Yaspem untuk melakukan advokasi dalam hal penanggulangan malaria, namun saat ini kita tidak dapat kita penuhi karena ketiadaan sumber dana.
Langkah Pendekatan kepada Para Sponsor
Tetap melakukan lobi melalui jaringan-jaringan pribadi atau publik.
Dan, mencari Para Sponsor di dalam negeri.
Penutup
Demikian napak tilas sekilas perjalanan YASPEM 1974 – 2024.
Yaspem memulai orientasi baru dengan secara terarah memberdayakan aset-aset Yaspem sendiri demi meningkatkan kapasitas finansial.
Meski belum mendatangkan keuntungan sifnifikan, namun setidaknya sebagian dari biaya operasional sudah diperoleh melalui usaha investasi berbasiskan aset-aset yang dimiliki Yaspem.
Usaha membangun kemandirian ini bertujuan agar agar Yaspem tidak sepenuhnya bergantung pada para donatur luar negeri.
Kita berharap bahwa Langkah ini menjadi tonggak baru dalam memperkuat eksistensi Yaspem ke depan, secara khusus dalam mengimplementasikan berbagai program demi meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Sikka.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News