Santo dan Santa

Peter To Rot, Kisah Awam yang Menjadi Martir dan Santo Pertama dari Papua

Editor: Cristin Adal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KUNJUNGAN APOSTOLIK PAUS- Paus Fransiskus dihadiahi gambar Beato Peter To Rot di Port Moresby pada 9 September 2024 lalu.

TRIBUNFLORES.COM- Paus Fransiskus mengesahkan penerbitan dekrit yang berkaitan dengan beberapa penyebab kanonisasi tiga beato atau orang kudus Katolik, salah satunya Peter To Rot pada hari Senin, 31 Maret 2025.

Peter To Rot menjadi Santo pertama dari Papua. Paus Yohanes Paulus II membeatifikasi Beato Petrus pada tanggal 17 Januari 1995 lalu di Port Moresby.

Peter To Rot lahir tahun 1912 di Rakunai, sebuah desa di pulau Melanesia, Papua Nugini. Orang tuanya, Angelo To Puia dan Maria la Tumul, yang dibaptis ketika dewasa, termasuk generasi pertama umat Katolik di wilayah itu.

Pada tanggal 29 September 1882, kelompok pertama Misionaris Hati Kudus tiba di Matupit, Britania Baru, 10 tahun setelah kaum Metodis mulai berkhotbah dan mendirikan Misi Malaguna. 

Apa yang terjadi pada tahun 1898 sungguh mengejutkan. Angelo To Puia, kepala Desa Rakunai di perbukitan dekat Rabaul, mengatakan kepada para Misionaris Hati Kudus bahwa sebagian besar warganya ingin menjadi Katolik dan bukan Metodis. 

 

Baca juga: Paus Fransiskus Setujui Dekrit Kanonisasi Beato Peter To Rot dari Papua Nugini

 

 

Justru dalam situasi seperti inilah ayah Peter To Rot, bersama dengan kepala suku yang kuat lainnya, dibaptis dengan khidmat, membentuk inti dari generasi pertama umat Katolik di wilayah tersebut. 

Angelo To Puia sendirilah yang membuka Desa Rakunai kepada iman dan bekerja sama dengan para misionaris. Dia mempromosikan kehidupan Kristiani di desanya, di mana dia menjadi kepala desa selama 40 tahun.

Sejak masa remaja, Peter To Rot memiliki kecenderungan yang kuat untuk kesalehan dan ketaatan, yang meyakinkan pastor parokinya, Pastor Emilio Jakobi, bahwa anak laki-laki itu terlahir untuk menjadi seorang imam. 

Tetapi ayah Peter menganggap pilihan ini terlalu dini. Dia merasa tidak ada seorang pun dari keluarganya yang siap untuk menjadi imam pada saat itu. Namun, ia setuju bahwa Petrus harus dilatih sebagai seorang katekis.

 

Baca juga: Lima Tahun Lalu, Paus Fransiskus Berdoa untuk Dunia di Lapangan Santo Petrus yang Kosong

 

Katekis yang Cakap dan Sederhana

Halaman
123